I.
Definisi Wirausaha dan
Kewirausahaan
Wirausaha adalah orang yang mengambil resiko dengan jalan
membeli barang sekarang dan menjual kemudian dengan harga yang tidak pasti (Cantillon).
Wirausaha adalah orang yang memindahkan sumber-sumber ekonomi
dari daerah dengan produktivitas rendah ke daerah dengan produktivitas dan
hasil lebih tinggi (J.B Say).
Wirausaha adalah orang yang menciptakan cara baru dalam
mengorganisasikan proses produksi (Schumpeter).
Tugas Wirausaha adalah melakukan sesuatu dengan cara yang berbeda,
bukan hanya sekadar dengan cara yang lebih baik.
II.
Karakteristik Pribadi Wirausaha
Sifat kepribadian wirausaha
dipelajari guna mengetahui karakteristik perorangan yang membedakan seorang
wirausaha dan bukan wirausaha.
David McCleland mengindikasikan
ada korelasi positif antara tingkah laku orang yang memiliki motif prestasi
tinggi dengan tingkah laku wirausaha.
Karakteristik orang-orang yang
mempunyai motif prestasi tinggi adalah:
1.
Memilih resiko
“moderate” Dalam tindakannya dia
memilih melakukan sesuatu yang ada tantangannya, namun dengan cukup kemungkinan
untuk berhasil.
2.
Mengambil
tanggung jawab pribadi atas perbuatan-perbuatan. Artinya kecil sekali
kecenderungan untuk mencari “kambing
hitam” atas kegagalan atau kesalahan yang dilakukannya.
3.
Mencari umpan
balik (feed back) tentang perbuatan-perbuatannya.
4.
Berusaha
melakukan sesuatu dengan cara-cara baru.
Upaya untuk mengungkapkan
karakteristik utama wirausaha juga dilakukan oleh para ahli dengan menggunakan
teori letak kendali (locus of control)
yang dikemukakan oleh J.B. Rotter. Teori letak kendali menggambarkan bagaimana
meletakkan sebab dari suatu kejadian dalam hidupnya. Apakah sebab kejadian
tersebut oleh faktor dalam dirinya dan dalam lingkup kendalinya atau faktor diluar kendalinya.
Dua kategori letak kendali menurut
Rotter yaitu:
-
Internal
Orang yang beranggapan bahwa dirinya
mempunyai kendali atas apa yang akan dicapainya. Karakteristik ini sejalan
dengan karakteristik wirausaha seperti lebih cepat mau menerima pembaharuan
(inovasi).
-
Eksternal
Orang yang beranggapan keberhasilan
tidak semata tergantung pada usaha seseorang, melainkan juga oleh
keberuntungan, nasib, atau ketergantungan pada pihak lain, karena adanya
kekuatan besar disekeliling seseorang.
Management Systems International
menyebutkan karakteristik pribadi wirausaha (personal entrepreneurial characteristics) sebagai berikut:
1.
Mencari
peluang
2.
Keuletan
3.
Tanggungjawab
terhadap pekerjaan
4.
Tuntutan atas
kualitas dan efisiensi
5.
Pengambilan
resiko
6.
Menetapkan
sasaran
7.
Mencari
informasi
8.
Perencanaan
yang sistematis dan pengawasannya
9.
Persuasi dan
jejaring/koneksi
10.
Percaya diri
III. Peran Wirausaha Bagi Lingkungannya
Dalam pandangan
Schumpeter, seorang wirausaha adalah inovator. Hanya seseorang yang sedang
melakukan inovasi yang dapat disebut sebagai wirausaha. Mereka yang tidak lagi
melakukan inovasi, walaupun pernah, tidak dapat lagi dianggap sebagai
wirausaha. Wirausaha bukanlah jabatan, melainkan suatu peran.
Berdasarkan
pengertian tentang wirausaha yang telah dibahas sebelumnya dapat disimpulkan
bahwa peran wirausaha yang utama bagi lingkungannya adalah sebagai berikut:
-
Memperbaharui
dengan “merusak secara kreatif”.
Dengan keberaniannya melihat
dan mengubah apa yang sudah dianggap mapan, rutin, dan memuaskan.
-
Inovator
Menghadirkan hal
yang baru di masyarakat.
-
Mengambil dan
memperhitungkan resiko
-
Mencari peluang
dan memanfaatkannya
-
Menciptakan
organisasi baru
IV. Mitos dalam Kewirausahaan
Berikut ini
rincian mitos kewirausahaan yang dikumpulkan oleh Michael Robert dan Alan
Weiss, dan sejumlah bukti yang dikumpulkan dari berbagai sumber yang menetang
mitos tersebut.
1.
Wirausaha adalah pengambil resiko
besar.
-
Wirausaha bukan
pengambil resiko besar, melainkan seorang yang menghitung resiko yang akan
diambilnya. Tantangan ada namun dengan upaya akan dapat dicapai.
-
Wirausaha
bijaksana dalam memilih resiko dan bukan penjudi.
2.
Wirausaha adalah pemilik usaha,
bukan pegawai.
-
Yang mengubah
restoran “fast food” McDonald’s menjadi raja dibidang “franchising” adalah Ray Kroc, pimpinan perusahaan, dan bukan
pemiliknya yaitu McDonald bersaudara.
-
Intrepreneur di
dalam perusahaan bukanlah pemilik.
3.
Inovasi hanya di perusahaan kecil.
-
Inovasi
dilakukan dengan ketrampilan atau keahlian dan bukan pembawaan atau milik
budaya tertentu. Ia dilakukan dimana-mana.
-
Musuh inovasi
adalah birokrasi yang terdapat di perusahaan besar ataupun kecil.
4.
Inovasi adalah gagasan besar.
Sebagian
keberhasilan besar dimulai dari gagasan baru yang sederhana, misalnya “walkman” muncul sebagai produk baru yang
sukses berasal dari keinginan tetap mendengar musik secara pribadi selagi
berolahraga.
5.
Wirausaha adalah pencetus gagasan
saja.
Seorang inovator
terjun langsung menerapkan gagasannya.
6.
Wirausaha menyediakan sarananya
termasuk modal sendiri.
-
Wirausaha tidak
sama dengan kapitalis.
-
Wirausaha
menggunakan sarana yang ada dengan cara baru.
7.
Inovasi datang mencuat bagai kilat
dari seorang genius.
-
Ray Kroc
memperbaharui bisnis hamburger dengan mengadakan pengamatan terus-menerus atas
restoran McDonald’s.
-
Fred Smith
menghasilkan “undergraduate thesis” model distribusi barang kiriman kecil
(parcel) dari pengamatan di kantor pos dan perusahaan pengiriman UPS. Thesisnya
dinilai C- oleh dosennya, namun gagasannya setelah diterapkan menjadi
perusahaan Federal Express yang sangat sukses.
8.
Wirausaha dilahirkan dan
kewirausahaan tidak dapat dilatihkan.
Seperti
ketrampilan dokter atau pengacara, ketrampilan kewirausahaan dapat dilatihkan.
V.
Wirausaha, Manajer dan Organisasi
Peran wirausaha
pendiri adalah melahirkan suatu organisasi baru, baik sendiri maupun bersama
suatu kelompok. Setelah lahir maka wirausaha pendiri melakukan upaya
pengembangan organisasi hingga sampai organisasi tidak lagi tergantung pada
pendiri. Pelaksanaan organisasi
memerlukan manajemen yang menguatkan organisasi dengan sistem manajemen dan
mengurangi ketidak-pastian dan ketergantungan pada faktor subjektivitas
pendiri.
Dalam diagram
berikut ini diperlihatkan bagaimana orientasi manajemen, yang menciptakan
birokrasi, yang berbeda dengan orientasi kewirausahaan, yang menciptakan
inovasi:
Pengembangan
sistem dan budaya organisasi harus dapat menampung manajemen yang baik dan juga
adanya kewirausahaan. Salah satu pola yang ada untuk menampung kewirausahaan di
dalam organisasi mapan adalah wirausaha-intra (intrapreneurs). Pengembangan kewirausahaan di dalam perusahaan
dapat terjadi pada tiga tingkatan, yaitu:
-
Individual
(intrapreneurs / product champions)
-
Kelompok kerja
(entrepreneurial team / skunworks)
-
Oganisasi /
Perusahaan (entrepreneurial organization)
Di Indonesia tidak jarang ditemui
perusahaan yang berada dalam kotak “Tidak Layak Untuk Terus” yaitu baik
manajemen dan kewirausahaan yang dimilikinya belum cukup menyiapkan
manajemennya dan sudah “meninggalkan” perusahaan untuk membangun bisnis baru.
Wirausaha pendiri dapat dianggap sempurna bila organisasi yang didirikannya
dapat mencapai kotak “ideal” yaitu baik manajemennya dan kewirausahaan
organisasinya dalam taraf “baik”.
BAB II
PENGEMBANGAN
KREATIVITAS
2.1
Definisi Kreativitas
Kreativitas merupakan kemampuan seseorang dalam
membuat sesuatu menjadi baru dalam keberadaannya. Kreativitas juga berhubungan dengan adanya
perubahan ide. Beberapa contoh orang yang memiliki kreativitas dalam bidangnya
yaitu Pablo Picasso maestro dalam
seni lukis mengatakan bahwa dampak dari kreasi adalah dampak pertama dari suatu
pengrusakan.
2.2
Atribut dari Kreativitas
Karakteristik orang yang kreatif terdiri dari
beberapa atribut seperti:
a.
Terbuka dengan pengalaman.
b.
Observasi –
melihat sesuatu hal dengan sudut pandang lain.
c.
Memiliki rasa
penasaran tinggi.
d.
Mau menerima
dan mempertimbangkan pendapat berbeda.
e.
Indepen dalam
mengambil keputusan, pikiran dan tindakan.
f.
Percaya diri.
g.
Mau mengambil
resiko terhitung.
h.
Sensitif
terhadap masalah.
i.
Fleksibel
j.
Responsif pada
pemikiran.
k.
Motivasi
tinggi.
l.
Kemampuan untuk
konsentrasi.
m.
Selektif
n.
Bebas dari rasa
takut dan gagal.
o.
Memiliki daya
pikir imajinasi yang baik.
2.3
Proses Kreativitas
Berdasarkan fungsi otak dibedakan atas fungsi otak
kiri yang menangani berpikir logika, rasional, dan analitik sedangkan fungsi
otak kanan mengatur tingkat emosional
dan pengalaman intuisi.
Kreativitas memerlukan kedua fungsi otak tersebut.
Berdasarkan atas gambar diatas maka hubungan antara
kreativitas dengan kewirausahaan dibedakan atas 4 kategori :
1.
Kategori 1
Perusahaan dengan kreativitas tinggi tetapi sedikit
dalam penggunaan konsep kewirausahaan seperti Manajemen artis yang harus
menampilkan artis berbeda dengan sebelumnya dalam beberapa hal seperti
penampilan tetapi hanya bergerak dalam bidang hiburan dimana artis tersebut
terlibat.
2.
Kategori 2
Perusahaan dengan kreativitas rendah tetapi memakai banyak konsep
kewirausahaan yaitu perusahaan
franchising fast food seperti McDonald’s dimana kreativitas rendah karena
perusahaan ini harus mengikuti peraturan dari pemberi franchising (franchisor)
sedangkan berdasarkan kewirausahaan konsep franchising merupakan konsep usaha
yang baik
3.
Kategori 3
Perusahaan dengan
kreativitas tinggi dan tinggi dalam penggunaan konsep kewirausahaan seperti
Perusahaan Film dimana memerlukan kreativitas tinggi dalam menciptakan
film-film bermutu dan diterima masyarakat.
Mereka mengembangkan berbagai jenis film dengan berbagai lapisan
penonton atau melakukan diversifikasi produk sesuai konsep kewirausahaan.
4.
Kategori 4
Perusahaan yang tidak menggunakan kreativitas dan
kewirausahaan dalam melaksanakan kegiatannya seperti pada birokrasi pemerintah
(bersifat birokrasi penuh) yang hanya menjalankan kegiatannya berdasarkan masa
lalu saja.
2.5
Manajemen Kreativitas
Kreativitas merupakan nilai penting dalam kompetisi
dalam segala bidang. Untuk itu kreativitas harus dipelihara dan dikembangkan
dengan mengaturnya melalui manajemen kreativitas yang baik. Kreativitas dapat
dibentuk atau dikembangkan dengan beberapa cara seperti berikut ini :
1.
Menciptakan
keterbukaan dengan struktur organisasi desentralisasi.
2.
Mendukung iklim
terciptanya eksperimen-eksperimen kreativitas.
3.
Mendorong sikap
eksperimental.
4.
Mengedarkan
cerita-cerita sukses.
5.
Menekankan
peran dari seorang pemenang.
6.
Menitikberatkan
komunikasi pada semua level manajemen.
7.
Ketersediaan
sumber daya untuk inisiatif baru.
8.
Memastikan bahwa ide-ide baru tidak mudah dimusnahkan.
9.
Mengurangi
birokrasi dari proses alokasi sumber daya.
10.
Menyediakan
penghargaan financial dan non financial bagi suatu kesuksesan yang didapat.
11.
Memastikan
budaya organisasi yang mendukung pengambilan resiko dan ketidakraguan.
12.
Meminimalisasikan
campur tangan administrasi.
13.
Memberikan
kebebasan dari pengawasan dan pengevaluasian.
14.
Menghilangkan
deadline.
15.
Mendelegasikan
tanggungjawab untuk aktivitas baru.
BAB III
PENGEMBANGAN IDE
USAHA
I.
SUMBER PENEMUAN IDE-IDE BARU
Sumber ide biasanya berkaitan dengan hal-hal atau
kegiatan yang menyangkut organisasi atau lembaga yang ada hubungannya dengan
bisnis, seperti :
1.1
Konsumen
Dengan memperhatikan potensial
konsumen terutama needs dan wants
mereka maka dapat menimbulkan ide-ide usaha baik untuk produk baru
ataupun perbaikan dari produk yang sudah ada.
Seperti need konsumen peminum kopi yang tinggi akan macam cita rasa kopi
serta want mereka akan tempat minum
kopi yang memungkinkan mereka menikmati kopi dengan santai dan beramai-ramai
dengan kolega mendorong tumbuhnya warung kopi di mal-mal atau perkantoran baik
dari luar negeri (Coffe Bean dan Starbucks) serta dari dalam negeri (Kopi
Luwak, Nescafe dll).
1.2
Perusahaan yang
sudah ada
Terkadang dari produk yang sudah ada
dipasar belum memenuhi tingkat kebutuhan konsumen sehingga diperlukan perbaikan
produk ataupun pengembangan produk tersebut.
Selain itu penanganan perusahaan
terhadap produk yang tidak baik juga dapat mendorong terciptanya ide untuk cara
menangani produk yang dapat menciptakan produk lebih sesuai dengan konsumen.
Contohnya adalah pada industri mobil tahun 1990 an dimana Toyota Kijang dari
Toyota menguasai pasar mobil niaga khususnya yang memiliki bonnet (hidung)
karena tidak mempunyai pesaing. Hal ini mendorong pabrik lain seperti Isuzu
mengeluarkan Isuzu Panther dan
Mitsubishi yang mengeluarkan Mitsubishi Kuda.
1.3
Saluran Distribusi
Pendistribusian yang tidak merata
atau tidak sesuai dengan kebutuhan konsumen dapat menimbulkan ide-ide usaha
untuk menyempurnakan produk ataupun menciptakan produk baru.
Contohnya adalah Pendistribusian
Pendapatan Negara yang tidak berimbang ke daerah menimbulkan timbulnya sistem
pemerintahan otonomi daerah yang dirasakan daerah lebih adil.
1.4
Pemerintah
Ada dua cara sumber pengembangan ide
dari pemerintah yaitu pertama, melalui dokumen hak-hak paten yang memungkinkan
pengembangan sejumlah produk baru. Kedua, melalui pengaturan pemerintah kepada
dunia bisnis yang bisa memungkinkan munculnya gagasan produk baru. Misalnya
adalah peraturan pemerintah mengenai kebersihan udara melalui pengurangan emisi
gas buang kendaraan memungkinkan
munculnya usaha-usaha produk pengurang emisi seperti bahan bakar tanpa timbal
dan produk catalitic converter (penyaring
gas buang) kendaraan.
1.5
Penelitian dan
Pengembangan
Melalui penelitian dan pengembangan
memungkinkan timbulnya gagasan produk baru atau perbaikan dari produk yang
sudah ada.
Contohnya adalah penelitian terhadap
penyakit flu menghasilkan jenis obat flu yang tidak membawa efek mengantuk.
Walaupun terdapat
banyak pendekatan untuk mencari sumber ide bagi produk atau jasa, proses ini
dapat dipercepat dengan penggunaan saran-saran berikut :
a.
Kebutuhan akan
Sumber Penemuan.
Penemuan yang berasal dari persepsi
kebutuhan yang jelas ingin dipenuhi dan banyak produk atau jasa yang telah
dikembangkan dari persepsi tersebut seperti kebutuhan irigasi di daerah langka
air, mahal, dan agak bergaram memungkinkan
seorang wirausaha memproduksi peralatan penetes air sesuai metode irigasi yang sesuai.
b.
Hobi atau
Kesenangan Pribadi.
Hobi atau minat pribadi adakalanya
bisa mendorong bisnis baru. Contohnya adalah orang yang memiliki hobi mobil dan
kebersihan tubuh akan membuat usaha bengkel dengan salon sehingga pemilik mobil
dapat mengurus tubuhnya sementara mobilnya dibengkel.
c.
Mengamati
Kecenderungan-kecenderungan.
Kecenderungan dan kebiasaan dalam
mode merupakan sumber gagasan untuk melakukan usaha. Peluang yang terlihat oleh pengamat dan
mendorong wirausaha mengerjakan sesuatu yang baru pada saat yang tepat. Contohnya adalah saat mode pakaian bermerek
tumbuh maka marak bisnis factory outlet di kota Bandung dan Jakarta
d.
Mengamati Kekurangan-kekurangan
produk dan jasa yang ada.
Kekurangan pada produk dilakukan
dengan memperbaiki kinerja atau menambah
keunggulan yang diperlukan. Contohnya
e.
Mengapa Tidak
Terdapat ?
Peluang timbulnya usaha baru adakala
datang dari pertanyaan “Mengapa tidak terdapat….?”. Seperti contoh tidak adanya
cairan penghapus tinta merupakan peluang mendirikan usaha baru yang disebabkan
tidak adanya alat untuk menghapus tinta.
f.
Kegunaan lain
dari Barang-barang Biasa.
Banyak produk komersil berasal dari
penerapan barang-barang biasa untuk kegunaan lain yang bukan kegunaan yang
dimaksudkan dari barang itu. Barang
tersebut dari perubahan karakter dan kegunaan dari barang akhir hingga
pengembangan penerapan baru barang yang tidak terpakai. Seperti Kit Wash dan
Wax yang merupakan penambahan wax (cairan pengkilat) pada shampo mobil yang ada
sehingga kita tidak perlu membeli wax.
g.
Pemanfaatan
Produk dari Perusahaan lain.
Produk atau perusahaan baru dapat
terbentuk sebagai perusahaan yang memanfaatkan produk dari perusahaan yang ada.
Misalnya seorang pegawai pada perusahaan yang memproduksi cairan pembersih
mobil berusaha mendapatkan tambahan penghasilan dengan membuat salon mobil
panggilan pada malam hari atau hari libur dan konsumennya puas dan menjadi
pelanggan tetap hingga penghasilannya melebihi penghasilan di kantor. Hal itu
membuatnya memutuskan mendirikan salon mobil tetap.
Menurut penelitian di Amerika yang
dilakukan oleh NFIB Foundation (1990), sumber ide untuk bisnis baru adalah
sebagai berikut :
-
Dari pekerjaan
terdahulu (43%)
-
Hobi / Minat
pribadi (18%)
-
Adanya
kesempatan / peluang (10%)
-
Saran orang
lain (8%)
-
Pendidikan /
Kursus (6%)
-
Teman / Saudara
(6%)
-
Bisnis keluarga
(6%)
-
Lain-lain (3%)
II.
PENYARINGAN IDE
Dari
sekian banyak ide yang didapat, kemudian dipilih ide produk apa yang paling
baik untuk bisnis yang kita lakukan. Ada berbagai cara untuk melakukan
pemilihan ide produk, dimana salah satu cara adalah dengan melakukan proses
tahapan sebagai berikut dibawah ini :
a.
Macro Screening
Dari ratusan ide yang mungkin
didapat, pilihlah sekitar 20 ide yang mempunyai potensi bisnis. Disini kriteria
yang digunakan untuk memilih masih umum sekali, yaitu yang mempunyai potensi
bisnis.
b.
Micro Screening
Dari 20 ide produk yang ada, kemudian
dipilih lagi menjadi 5 ide dengan menggunakan kriteria tertentu.
Sebagai contoh kriteria dapat
menggunakan beberapa faktor, misalnya :
1.
Tersedianya
pasar lokal
2.
Tersedianya
tenaga kerja lokal
3.
Tersedianya
bahan baku
4.
Tersedianya
teknologi
5.
Mendapat
prioritas dari pemerintah
6.
Peluang di masa
yang akan datang
7.
Dan sebagainya.
Dengan adanya pemilihan bertahap
tersebut, diharapkan kita dapat mempunyai alternatif beberapa ide produk yang
akan dikembangkan lebih lanjut
Ide / Gagasan Yang Tepat
Suatu bisnis yang baik harus
mempertimbangkan pelaku dan situasi atau lingkungan yang sesuai untuk bisnis
tersebut. Oleh karena itu ide produk yang baik harus memperhitungkan kemampuan
calon wirausaha dan situasi / lingkungan yang mempengaruhi bisnis tersebut.
Ide produk yang ada perlu dianalisis
lebih mendalam sehingga diketahui apa kekuatan dan kelemahannya dengan
memperhatikan situasi lingkungannya.
Dari Ide / Gagasan Menjadi Bisnis
Ide produk yang baik belum tentu
menjadi bisnis yang baik pula. Untuk itu sebelum ide produk direalisir harus
diuji dulu kelayakannya dilapangan yang merupakan situasi lingkungan bisnis
sebenarnya.
Aspek-aspek yang perlu diperhatikan
dalam menentukan keberhasilan suatu bisnis seperti: Pasar dan pemasaran,
teknik/operasi usaha yang dilakukan, organisasi dan manajemen, dan keuangan.
Dengan adanya suatu rencana bisnis untuk suatu ide
produk, akan memudahkan kita menilai apakah ide produk tersebut layak atau
tidak layak kalau direalisir menjadi bisnis yang sebenarnya.
III.
PROSES PERENCANAAN DAN
PENGEMBANGAN PRODUK
3.1
Kriteria
Evaluasi
Kriteria dibuat untuk mengevaluasi produk baru dalam
peluang pasar, persaingan, sistem pemasaran, faktor keuangan, dan faktor
produksi.
3.2
Tahap Ide
3.3
Tahap Konsep
3.4
Tahap
Pengembangan Produk
3.5
Tahap Tes
Pemasaran
IV.
MANAJEMEN PROSES PRODUK BARU
4.1
Kiat Sukses Program Produk Baru
Menurut Cooper, R. ada 15 pelajaran untuk suksesnya program produk baru
yaitu:
1.
Produknya unik
dan unggul.
Artinya, produknya “berbeda”,
memberi manfaat unik, dan berasio nilai tinggi untuk konsumen.
2.
Sangat
berorientasi pasar.
Dipengaruhi oleh pengetahuan
tentang keadaan pasar (market driven) dan proses pengembangan produk baru
berfokus pada konsumen.
3.
Berwawasan
pasar internasional.
Dengan melihat pada keadaan
internasional maka disain produk, pengembangannya, dan target pemasarannnya,
akan menghadirkan inovasi produk yang terdepan.
4.
Lebih banyak
melakukan persiapan sebelum produk dikembangkan.
5.
Perumusan
dengan tajam definisi / konsep produk pada awal dari proses.
6.
Pelansiran
produk yang dipersiapkan dengan matang dan dilaksanakan dengan baik.
Rencana pemasaran yang mapan
untuk pelansiran produk adalah inti dari keberhasilan.
7.
Struktur,
disain dan iklim organisasi yang tepat.
8.
Dukungan
manajemen puncak tidak menjamin sukses, walaupun bermanfaat.
9.
Adanya sinergi
sangat penting, proyek yang “asing” cenderung gagal.
10.
Produk yang
ditujukan ke pasar yang menarik akan berjalan lebih baik.
Daya tarik pasar adalah
kriteria utama dalam seleksi produk.
11.
Suksesnya
produk baru dapat diduga.
Profil produk yang unggul dapat
dipakai sebagai kriteria seleksi produk baru.
12.
Suksesnya produk
baru dapat dikendalikan.
Perlu lebih ditekankan adanya
kebutuhan untuk kelengkapan, konsekuen, dan kualitas dalam pelaksanaan.
13.
Sumberdaya dan
sarana harus tersedia.
14.
Kecepatan
adalah segala-galanya, namun harus tanpa mengorbankan kualitas dalam pelaksanaannya.
15.
Perusahaan yang
menjalankan pengembangan produk baru secara bertahap dan menggunakan konsep
pengembangan produk dengan pedoman permainannya secara disiplin, akan lebih
berhasil.
4.2
Karakteristik Produk Baru yang
Unggul dan Pengembangan
1.
Produk yang
unggul dan unik.
-
Mempunyai
bentuk/perlengkapan yang unik untuk konsumen
-
Memenuhi
kebutuhan konsumen lebih baik dari pesaing.
-
Memecahkan
masalah yang dialami bila konsumen menggunakan produk pesaing.
-
Mengurangi
biaya bagi konsumen.
-
Inovatif atau
ada pertama-kalinya.
2.
Berwawasan
konsumen.
Dicapai dengan sebagai berikut:
-
Mengenali
kebutuhan konsumen.
-
Mengerti apa
yang dibutuhkan pemakai.
-
Memenuhi
kebutuhan pasar.
-
Terus-menerus
berhubungan dengan konsumen.
-
Kuat dalam
pengetahuan pasar dan penelitian pasar.
-
Pelaksanaan dan
kegiatan pemasaran yang berkualitas.
-
Pendanaan yang
lebih untuk kegiatan pemasaran awal.
3.
Definisi atau
konsep produk/proyek yang tajam.
Ketajaman definisi atau konsep
meliputi sebagai berikut:
-
Pasar sasaran
tertentu ; jelas siapa yang akan menggunakan produk tersebut.
-
Penggambaran /
diskripsi produk ; produk apa, apa yang dapat dilakukan olehnya dan manfaatnya.
-
Penjabaran
strategi posisi (positioning) yang diambil.
-
Daftar tentang
bentuk, sifat, persyaratan dan spesifikasi produk yang harus ada dan sebaiknya
ada.
4.
Struktur,
disain, dan iklim organisasi.
Pengembangan produk baru bukan
merupakan kegiatan disatu bagian atau departemen, melainkan merupakan kegiatan
multi disiplin dan multi-fungsi. Peran kelompok dan pimpinan kelompok kerja
sangat menentukan.
Tiga alternatif struktur sangat
menonjol :
a.
Matriks yang imbang (balanced
matrix)
Seorang manajer proyek ditugaskan
untuk menangani proyek dan berkontribusi dalam tanggung-jawab dan wewenang
dengan para manajer fungsional: ada kebersamaan dalam menyetujui dan
mengarahkan.
b.
Matriks proyek (project
matrix)
Seorang manajer proyek ditugaskan
untuk menangani proyek dan mempunyai tanggung-jawab serta wewenang utama atas
proyek. Para manajer fungsional menugaskan karyawan yang diperlukan dan
menyediakan keahlian teknis.
c.
Kelompok proyek (project
team)
Seorang manajer proyek diberi
wewenang menangani kelompok yang terdiri dari anggota inti yang berasal dari
berbagai fungsi. Para manajer fungsional tidak mempunyai keterlibatan dan
wewenang formal.
Terlepas dari bentuk mana yang
dipilih, kepemimpinan proyek yang kuat dan adanya kewewenangan formal sangatlah
penting.
Iklim yang ditumbuhkan harus memberi
ganjaran dan mendorong adanya kreativitas dan inovasi dan tersedianya sarana
untuk melakukan usaha kreatif.
5.
Mempercepat
proses produk baru.
Ada lima metode dalam mempercepat
proses produk baru tanpa merugikan kualitas dalam pelaksanaannya, yaitu:
a.
Lakukan langkah
pertama dengan tepat.
Pengulangan akan memperpanjang waktu.
b.
Pekerjaan rumah
dan definisi produk yang jelas.
Persiapan dengan membuat pekerjaan
rumah dan memperjelas produk/proyeknya.
c.
Proyek
diorganisir secara kelompok multifungsi dan dengan diberi kewewenangan.
d.
Proses
dilakukan secara berurutan, bersamaan, atau bertumpuk.
e.
Proses bertahap
dengan mengikuti pedoman main (game plan)
Game plan merupakan model
pengembangan produk yang didasarkan konsep dan pegangan operasional yang
membawa dari tahap gagasan menuju pada pelansiran produk. Model menjelaskan
kegiatan dan tes yang dilalui. Pedoman yang disusun meningkatkan efisiensi dan
efektifitas proses pengembangan produk baru.
4.3
Proses Pengembangan Produk Baru
Model
pengembangan produk baru menurut Cooper terdiri dari lima pintu dan lima tahap.
”Pintu” adalah kegiatan menilai apakah proses dilanjutkan atau tidak. “Tahap”
adalah kegiatan yang dalam model Cooper adalah
:
a.
Penyelidikan
awal.
b.
Penyelidikan
mendalam.
c.
Pengembangan.
d.
Percobaan dan
penilaian.
e.
Produksi penuh
dan pelansiran pemasaran.
Ingin Lengkapnya silahkan Klik Download
0 Response to "DOWNLOAD MAKALAH KEWIRAUSAHAAN KONSEP DAN KARAKTERISTIK KEWIRAUSAHAAN"
Post a Comment