A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan
mempunyai peran yang penting dalam menentukan perkembangan dan perwujudan diri
individu. Pendidikan bertanggung jawab untuk mengembangkan bakat dan
kemampuan secara optimal sehingga anak
dapat mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya sesuai kebutuhan pribadi dan
masyarakat (Munandar, 1999:4).
Inti dari
proses pendidikan secara formal adalah mengajar sedangkan inti dari proses
pengajaran adalah siswa belajar. Oleh karena itu proses belajar mengajar pada
intinya terpusat pada satu persoalan yaitu bagaimana guru melaksankan proses
belajar mengajar yang efektif guna tercapainya suatu tujuan (M. Ali, 1987:1).
Guruadalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab untuk membimbing dan
membina anak didik, baik secara individual maupun kelompok, di sekolah maupun
di luar sekolah. Karena profesinya sebagai guru berdasarkan panggilan jiwa,
maka tugas guru sebagai pendidik berarti mengembangkan profesionalitas diri
sesuai perkembangan ilmu pengetahuan serta mengajarkan nilai-nilai luhur yang
bermanfaat bagi kehidupan anak didik (Hasibuan dan Moedjiono, 1995:40).
Guru
merupakan salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang
ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di
bidang pembangunan. Oleh karena itu guru yang merupakan salah satu unsur di
bidang kependidikan harus berperan serta secara aktif dan menempatkan
kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang
semakin berkembang. Dalam arti khusus dapat diartikan bahwa pada setiap diri
guru itu terletak tanggung jawab untuk membawa para siswanya pada suatu
kedewasaan atau pada taraf kematangan tertentu. Dalam rangka ini guru tidak
semata-mata sebagai pengajar yang transfer of knowledge, tetapi juga
sebagai pendidik yang transfer of values, dan sekaligus sebagai
pembimbing yang memberikan pengarahan dan menentukan siswa dalam belajar.
Berkaitan dengan ini, seorang guru memiliki peranan yang kompleks dalam proses
belajar mengajar dalam usahanya untuk mengantarkan siswa ke taraf yang
dicita-citakan (Sardiman, 2001: 123).
Keberhasilan
seorang guru dalam mengajar ditentukan oleh beberapa faktor, baik faktor
internal maupun eksternal. Faktor internal terdiri atas motivasi, kepercayaan
diri, dan kreativitas guru itu sendiri. Sedangkan faktor eksternal lebih
ditekankan pada sarana serta iklim sekolah yang bersangkutan. Setiap kemajuan
yang diraih manusia selalu melibatkan kreativitas. Ketika manusia mendambakan
produktivitas, efektivitas, efisiensi, dan bahkan kebahagiaan yang lebih baik
dan lebih tinggi dari apa yang sebelumnya di capai, maka kreativitas dijadikan
dasar untuk menggapainya (Munandar, 1999:10).
Kreativitas
pada dasarnya merupakan anugerah yang diberikan Allah kepada setiap manusia,
yakni berupa kemampuan untuk mencipta (daya cipta) dan berkreasi. Implementasi
dari kreativitas seseorangpun tidak sama, bergantung pada sejauh mana orang
tersebut mau dan mampu mewujudkan daya ciptanya menjadi sebuah kreasi ataupun
karya (Nashori, 2002: 21).
Setiap orang memiliki potensi kreatif yang dibawa
sejak lahir meskipun dalam derajat dan bidang yang berbeda-beda, sehingga
potensi itu perlu ditumbuh kembangkan sejak dini agar dapat difungsikan
sebagaimana mestinya. Untuk itu diperlukan kekuatan pendorong, baik dari dalam
individu maupun dari luar individu yaitu lingkungan. Lingkungan dalam hal ini mencakup
lingkungan dalam arti kata sempit (keluarga, sekolah) maupun dalam arti kata
yang luas (masyarakat, kebudayaan) yang mampu menciptakan kondisi lingkungan
yang dapat menanamkan daya kreatif individu (Munandar, 1988:83).
Dengan demikian, baik di dalam
individu maupun di luar individu (lingkungan) dapat menunjang atau menghambat
potensi kreativitas, implikasinya ialah bahwa kemampuan kreatif dapat
ditingkatkan melalui pendidikan mengingat bahwa kreativitas merupakan bakat
secara potensial yang dimiliki setiap orang sejak lahir yang dapat
diidentifikasi dan dibekali melalui pendidikan yang tepat (Munandar, 1999:12).
Pendidikan
hendaknya tidak hanya memperhatikan pengembangan keterampilan-keterampilan
berfikir semata, tetapi pembentukan sikap, perasaan, dan ciri-ciri kepribadian yang mencerminkan
kreativitas yang perlu dikembangkan. Dalam hal ini banyak bergantung pada
inisiatif dan kreativitas guru untuk menciptakan suasana belajar yang dapat
memupuk dan menunjang kreativitas siswa, sehingga siswa dapat merasa
bebas mengungkapkan pikiran dan perasaannya, mempunyai daya kreasi
dalam bekerja. Hal ini mencerminkan kemerdekaan
dan demokrasi dalam pendidikan, yang berarti
terwujudnya pendidikan itu berada diatas kreativitas kinerja para guru dalam
menjalankan tugas (Munandar, 1992:48).
Salah
satu hal yang menentukan sejauh mana seseorang itu kreatif adalah kemampuannya
untuk dapat membuat kombinasi baru dari hal-hal yang ada. Demikian pula seorang
guru dalam proses belajar mengajar, guru harus menggunakan variasi metode dalam
mengajar, memilih metode yang tepat untuk setiap bahan pelajaran agar siswa
tidak mudah bosan (Roestiyah, 1989:4). Guru harus terampil dalam mengolah cara
pembelajaran, cara membaca kurikulum, cara membuat, memilih dan menggunakan
media pembelajaran, dan cara evaluasi baik dengan tes maupun melalui observasi
(Djohar, 2006:137). Evaluasi berfungsi untuk mengukur keberhasilan pencapaian
tujuan, dan sebagai feed back bagi seorang guru. Guru yang baik dapat
mengaktifkan murid dalam hal belajar (Nasution, 1995:9).
Seorangguru harus mampu mengoptimalkan kreativitasnya. Kreativitas serta aktivitas
guru harus mampu menjadi inspirasi bagi para siswanya. Sehingga siswa akan
lebih terpacu motivasinya untuk belajar, berkarya dan berkreasi. Guru berperan
aktif dalam pengambangan kreativitas siswa, yaitu dengan memiliki karakteristik
pribadi guru yang meliputi motivasi, kepercayaan diri, rasa humor, kesabaran,
minat dan keluwesan (fleksibel). Guru yang kreatif mempunyai semangat dan
motivasi tinggi sehingga bisa menjadi motivator bagi siswanya untuk
meningkatkan dan mengembangkan kreativitas siswa, khususnya yang tertuang dalam
sebuah bentuk pembelajaran yang inovatif. Artinya selain menjadi seorang
pendidik, guru juga harus menjadi seorang kreator yang mampu menciptakan
kondisi belajar yang nyaman dan kondusif bagi anak didik. (Sardiman, 2001:
127).
Proses pendidikan dan pengajaran dapat berjalan dengan baik apabila
terdapat suasana atau kondisi yang memungkinkan siswa dapat belajar dengan
tenang dan mempunyai kesiapan penuh untuk mengikuti jalannya proses
pembelajaran. Usaha guru dalam menciptakan kondisi yang diharapkan akan efektif
apabila: pertama, diketahui secara tepat faktor-faktor yang dapat
menunjang terciptanya kondisi yang menguntungkan dalam proses belajar mengajar,
kedua, dikenal masalah-masalah yang diperkirakan dan biasanya timbul dan
dapat merusak iklim belajar mengajar, ketiga, dikuasainya berbagai
pendekatan dalam pengelolaan kelas dan diketahui pula kapan dan untuk masalah
mana suatu pendekatan digunakan (Rohani, 2004:123-124).
Kedudukanguru sebagai pendidik mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses
belajar mengajar, salah satunya sebagai pengelola kelas. Guru hendaknya dapat
mengelola kelas dengan baik, karena kelas adalah tempat berkumpulnya semua anak
didik dalam rangka menerima bahan pelajaran dari guru. Dalam setiap proses
pengajaran kondisi ini harus direncanakan dan diusahakan oleh guru agar dapat
terhindar dari kondisi yang merugikan (usaha pencegahan), dan kembali kepada
kondisi yang optimal apabila terjadi hal-hal yang merusak,
yang disebabkan oleh tingkah laku peserta didik di dalam kelas (usaha kuratif)
(Djamarah, 2005:144).
Kelas
yang dikelola dengan baik akan menunjang jalannya interaksi edukatif,
sebaliknya kelas yang tidak dikelola dengan baik akan menghambat kegiatan
pengajaran. Untuk dapat mewujudkan kelas yang kondusif, maka
guru harus mempunyai strategi atau kemampuan keterampilan yang diperlukan dalam
pengajaran, menciptakan situasi belajar yang optimal dan dapat mengembalikannya
jika terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar (Arikunto, 1988:68).
Kemampuan dalam mengelola kelas merupakan kegiatan
penting bagi guru sebelum melaksanakan pembelajaran, terutama penciptaan
suasana kondusif di dalam kelas sehingga memungkinkan para siswa merasa senang
dalam mengikuti proses pembelajaran. Apabila siswa dalam keadaan antusias
mengikuti penjelasan guru, maka siswa akan bersikap disiplin dan mempunyai
minat untuk belajar lebih tekun lagi. Suatu kondisi belajar yang optimal dapat
tercapai jika guru mampu mengatur anak didik dan sarana pengajaran serta
mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan
pengajaran. Oleh karena itu pengelolaan kelas harus ditingkatkan supaya siswa
dapat mencapai prestasi belajar secara optimal (Djamarah,
2005:145).
Dengan mengkaji konsep dasar pengelolaan kelas, mempelajari berbagai
pendekatan pengelolaan dan mencobanya dalam berbagai situasi kemudian
dianalisis, maka guru akan dapat mengelola proses belajar mengajar secara lebih
baik. Kondisi yang menguntungkan di dalam kelas merupakan prasyarat utama bagi
terjadinya proses belajar mengajar yang efektif (Wragg, 1995:12).
Pembelajaran
yang efektif dapat meningkatkan prestasi anak didik. Zaenal Arifin, mengemukakan bahwa kata ”prestasi”
berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie. Kemudian dalam bahasa
Indonesia menjadi ”prestasi” yang berarti ”hasil usaha” (Zaenal Arifin, 1990:3).
Sedangkan Winkel mengemukakan
belajar adalah suatu proses psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif
subyek dengan lingkungannya dan menghasilkan perubahan-perubahan pengetahuan,
pemahaman, ketrampilan nilai dan dapat pula berupa sesuatu yang baru dan nampak
dalam perilaku yang nyata (Winkel, 1986:161).
M. Bukhori menjelaskan bahwa prestasi
belajar adalah hasil yang telah dicapai atau yang ditunjukkan oleh siswa
sebagai hasil belajar, baik berupa angka maupun huruf serta tindakan yang
mencerminkan hasil belajar yang dicapai masing-masing anak dalam periode
tertentu yang di dalamnya terdapat nilai-nilai positif atau keagamaan (Bukhori, 1983: 8).
Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga
mengimani, bertakwa dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran Islam dari
sumber utamanya kitab suci Al-qur’an dan Hadits melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, latihan serta penggunaan pengalaman (DepDikNas, 2003:7). Menurut al-Ghazaly sebagaimana
diungkapkan oleh Fatiyah Hasan Sulaiman bahwa pendidikan sebagai sarana untuk
menyebarluaskan keutamaan, sebagai media untuk mendekatkan umat manusia kepada
Allah dan sarana kemaslahatan untuk membina umat (Fatiyah, 1993:11).
Dengan demikian prestasi Pendidikan Agama
Islam adalah hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa yang merupakan tolok
ukur keberhasilan siswa dalam bidang PAI. Diharapkan dengan prestasi ini siswa
tidak hanya mampu memahami dan menghayati ajaran-ajaran agama Islam tetapi juga
dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Penguasaan hasil belajar oleh
seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan
pengetahuan, ketrampilan berfikir maupun ketrampilan motorik.
Prestasi belajar yang dicapai
seseorang merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor yang mempengaruhinya
baik dari dalam diri (faktor intrinsik) individu antara lain minat, kecerdasan,
bakat, motivasi dan kemampuan kognitif, sedangkan faktor dari luar diri (faktor
ekstrinsik) individu antara lain faktor lingkungan yaitu alam, sosial budaya
dan keluarga dan faktor instrumental
yaitu kurikulum, program, sarana dan fasilitas dan guru (Djamarah,
2002:144). Pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
penting sekali artinya dalam rangka membantu murid untuk mencapai prestasi
belajar yang sebaik-baiknya (Hakim, 2000:11).
Tolak ukur kemampuan anak didik dalam
memahami materi ajar di bagi menjadi 3 aspek pokok yang di kemukakan
oleh Blooms sebagaimana dikutip Mudjiono (2002; 35) yaitu kemampuan
pemahaman kognitif yaitu
menekankan pada aspek intelektual dan memiliki jenjang dari yang rendah sampai
yang tinggi. Pemahaman secara kognitif
ini meliputi pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis
dan evaluasi. Aspek kemampuan pemahaman yang kedua adalah afektif yaitu sikap, perasaan emosi dan
karakteristik moral yang diperlukan untuk kehidupan di masyarakat.. Dimensi
ketiga dari aspek pemahaman ini adalah pemahaman secara psikomotorik yaitu pemahaman yang
menekankan pada gerakan-gerakan jasmaniah dan kontrol fisik. Kecakapan-kecakapan
fisik ini dapat berupa pola-pola gerakan atau keterampilan fisik, baik
keterampilan fisik halus maupun kasar.
Dalam penelitian ini, penulis
memilih SMP Negeri 3 Demak. Siswa SMP Negeri 3 Demak telah mengenal ajaran
Islam sebelum memasuki SMP Negeri 3 Demak, baik melalui pendidikan formal
seperti belajar di madrasah ibtidaiyyah, maupun non formal seperti belajar ilmu
agama di pondok pesantren terdekat. Para siswa SMP Negeri 3 Demak juga sudah
bisa membaca dzikir Asma’ al-Husna sebelum pelajaran dimulai, melaksanakan
kegiatan Baca Tulis Al-Quran (BTA) pada jam pelajaran terakhir, dan shalat
zhuhur berjamaah sebelum pulang serta kegiatan ekstra kurikuler keagamaan,
Siswa lulusan SMP Negeri 3 Demak juga berhasil menempuh ujian masuk di SMA
Negeri sekitar 60% setiap tahunnya. (Observasi dan wawancara dengan Nur Rohman,
S.Ag., 13 Juli 2009). Di sisi lain, karena keterbatasan jumlah jam pelajaran
PAI di kelas, maka tidak mungkin guru memberikan materi pendidikan keagamaan
secara detail kepada siswa, maka guru PAI diharapkan mampu mengembangkan
kreativitasnya dalam pembelajaran yang inovatif serta mampu menciptakan dan
mengendalikan kelas agar tetap kondusif ketika proses belajar mengajar
berlangsung.
Berdasarkan argumen-argumen di atas,
bahwa kreativitas guru dengan dibekali kemampuan mengelola kelas yang baik merupakan salah satu upaya yang dilakukan guru, khususnya guru PAI
dalam meningkatkan prestasi belajar siswa bidang studi Pendidikan Agama
Islam. Sehingga nantinya guru diharapkan lebih banyak berdiskusi dengan guru
lain untuk mengembangkan kreativitas mengajar dan kemampuan mengelola kelas
agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Dari latar belakang masalah di atas,
penulis ingin mengetahui apakah benar kreativitas guru PAI dan kemampuan
mengelola kelas mempunyai hubungan yang signifikan dengan prestasi belajar PAI
siswa, maka penelitian ini akan penulis susun dalam sebuah penelitian tesis
dengan judul ” Studi Korelasi Antara Kreativitas Guru
PAI dan Kemampuan Mengelola Kelas dengan Prestasi Belajar Siswa Bidang Studi
Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 3 Demak”.
B.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas,
yang menjadi fokus permasalahan adalah :
1.
Adakah korelasi antara
kreativitas guru PAI dengan prestasi belajar siswa bidang studi PAI di SMP
Negeri 3 Demak
2.
Adakah korelasi antara
kemampuan mengelola kelas dengan prestasi belajar siswa bidang studi PAI di SMP
Negeri 3 Demak
3.
Adakah korelasi antara
kreativitas guru PAI dan kemampuan mengelola kelas dengan prestasi belajar
siswa bidang studi PAI di SMP Negeri 3 Demak
C.
Tujuan Penelitian
Dalam
penelitian ini penulis mempunyai beberapa tujuan sebagai berikut.
1.
Untuk mengetahui korelasi
antara kreativitas guru PAI dengan prestasi belajar siswa bidang studi PAI di
SMP Negeri 3 Demak
2.
Untuk mengetahui korelasi
antara kemampuan mengelola kelas dengan prestasi belajar siswa bidang studi PAI
di SMP Negeri 3 Demak
3.
Untuk mengetahui korelasi
antara kreativitas guru PAI dan kemampuan mengelola kelas dengan prestasi
belajar siswa bidang studi PAI di SMP Negeri 3 Demak
D.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat
penelitian ini adalah :
1.
Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan
pemikiran terhadap dunia pendidikan, khususnya tentang pentingnya kreativitas
guru PAI dan kemampuan mengelola kelas
dalam meningkatkan prestasi belajar siswa bidang studi PAI.
2.
Manfaat Praktis
Penelitian ini sebagai bahan masukan bagi guru PAI,
khususnya di SMP Negeri 3 Demak agar selalu meningkatkan kreativitas
mengajarnya dalam proses pembelajaran di kelas dan mampu mengelola kelas dengan
baik dan benar agar tercipta suasana yang kondusif sehingga pada akhirnya siswa
memperoleh prestasi belajar PAI yang tinggi.
E.
Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban yang bersifat sementara
terhadap permasalahan penelitian yang kebenarannya
masih harus diuji secara empiris (Suryabrata, 1983:75). Hipotesis dalam hal ini berfungsi
sebagai penunjuk jalan yang memungkinkan kita untuk mendapatkan jawaban yang
sebenarnya.
Hipotesis dalam statistik, terdapat hipotesis kerja atau alternatif (Ha) dan
hipotesis nol (Ho). Hal ini mempunyai makna bahwa Ha adalah adanya korelasi
positif yang signifikan antara variabel X1 (kreativitas guru PAI)
dan variabel X2 (pengelolaan kelas) dengan variabel Y (prestasi belajar PAI siswa).
Korelasi positif yang dimaksud di sini adalah jika kreativitas guru PAI dan
kemampuan mengelola kelas baik maka prestasi belajar PAI siswa meningkat dan
sebaliknya. Sedangkan Ho adalah tidak adanya korelasi positif yang signifikan
antara variabel X1 (kreativitas guru PAI) dan variabel X2 (pengelolaan
kelas) dengan variabel Y (prestasi
belajar PAI siswa). Dengan kata lain jika kreativitas guru PAI dan kemampuan
mengelola kelas baik maka prestasi belajar PAI siswa rendah dan sebaliknya.
Berdasarkan pernyataan di atas maka penulis mengajukan hipotesis sebagai
berikut: ”Ada korelasi positif dan signifikan antara kreativitas guru PAI dan
kemampuan mengelola kelas dengan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam (PAI ) Siswa”.
F.
Kajian Pustaka
1.
Kajian Penelitian yang relevan
Penelitian
sebelumnya yang memiliki relevansi dengan penelitian ini telah dilakukan oleh Pertama,
Ahmad Sudja’i (2006) dengan judul Pengaruh Kreativitas dan Disiplin Kerja
Terhadap Kemampuan Melaksanakan Supervisi Kepala Madrasah Ibtidaiyah Se-Kota
Semarang. Hasil penelitian ini adalah: 1) Kreativitas berpengaruh positif
terhadap kemampuan melaksanakan supervisi Kepala Madrasah Ibtidaiyah Se-Kota
Semarang, 2) Disiplin kerja berpengaruh positif terhadap kemampuan melaksanakan
supervisi Kepala Madrasah Ibtidaiyah Se-Kota Semarang, 3) Kreativitas dan
disiplin kerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan
melaksanakan supervisi Kepala Madrasah Ibtidaiyah Se-Kota Semarang.
Perbedaan
penelitian di atas dengan penelitian yang dilakukan penulis adalah penelitian
di atas berhubungan dengan teori supervisi pendidikan, dan hasil penelitiannya
lebih menekankan pada kemampuan seseorang dalam melaksanakan supervisi atau
pengawasan Kepala Madrasah Ibtidaiyah Se-Kota Semarang dan keberhasilannya akan
dipengaruhi beberapa aspek, salah satunya adalah aspek kreativitas dan aspek
kedisiplinan kerja. Sedangkan penelitian yang dilakukan penulis berhubungan
dengan teori prestasi belajar, teori kreativitas dan teori pengelolaan kelas,
yaitu prestasi belajar siswa yang akan dipengaruhi dari faktor luar
(ekstrinsik), yaitu kemampuan guru dalam mengajar, khususnya kreativitas guru
PAI dalam mengajar dengan disertai kemampuan mengelola kelas yang baik dan
benar.
Kedua,
Fahrurrozi (2007) dengan judul Hubungan Sikap Profesi Guru dan Kreativitas
dengan Kinerja Guru Pendidikan Agama Islam Madrasah Tsanawiyah Se-Kab. Grobogan.
Hasil penelitian ini adalah: 1) Terdapat hubungan yang signifikan antara sikap
profesi guru dengan kinerja guru Pendidikan Agama Islam Madrasah Tsanawiyah
Se-Kab. Grobogan, 2) Terdapat hubungan yang signifikan antara kreativitas
dengan kinerja guru Pendidikan Agama Islam Madrasah Tsanawiyah Se-Kab. Grobogan,
3) Terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara sikap profesi guru dan kreativitas
dengan kinerja guru Pendidikan Agama Islam Madrasah Tsanawiyah Se-Kab. Grobogan.
Perbedaan
penelitian di atas dengan penelitian yang dilakukan penulis adalah penelitian
di atas berhubungan dengan teori etos kerja, yaitu dengan adanya sikap profesi guru
dan kreativitas mempunyai kedudukan yang secara bersamaan, yang sama-sama
mempunyai keterkaitan dengan kinerja guru PAI khususnya di Madrasah Tsanawiyah
Se-Kab. Grobogan. Sedangkan penelitian yang dilakukan penulis berhubungan
dengan kegiatan proses belajar mengajar di kelas, yaitu lebih menekankan pada
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) salah satunya adalah seorang guru mampu
melakukan kegiatan pengelolaan kelas agar supaya kondisi kelas tetap kondusif
untuk kegiatan belajar mengajar.
Ketiga, Nur Asyiah (2008) dengan judul Hubungan Antara Motivasi Belajar dan
Kreativitas Belajar Terhadap Hasil Belajar Bahasa Arab di Madrasah Tsanawiyah
Nu Sunan Katong Kaliwungu. Hasil penelitian ini adalah terdapat hubungan yang
signifikan dan positif antara motivasi belajar dan kreativitas belajar terhadap
hasil belajar bahasa arab di Madrasah Tsanawiyah NU Sunan Katong Kaliwungu.
Perbedaan
penelitian di atas dengan penelitian yang dilakukan penulis adalah penelitian
di atas berhubungan dengan teori belajar, yaitu hasil belajar siswa akan
dipengaruhi beberapa faktor, salah satunya unsur dari dalam siswa itu sendiri
yaitu motivasi belajar dan kreativitas belajar siswa, khususnya pada pelajaran bahasa
arab di Madrasah Tsanawiyah NU Sunan Katong Kaliwungu. Sedangkan penelitian
yang dilakukan penulis berhubungan dengan kompetensi guru dalam bidang
profesionalitas, yaitu ketika guru mengajar siswa di kelas dengan menerapkan
kegiatan ketrampilan mengajar yang disertai dengan tindakan pengelolaan kelas.
Dari
kajian pustaka tersebut di atas, meskipun terdapat beberapa penelitian dengan
variabel yang sama, namun belum ada penelitian yang bertema sama dengan
penelitian yang penulis teliti.
2.
Kerangka Teoritik
a.
Kreativitas Guru dan Prestasi
Belajar Siswa
Guru
adalah tokoh yang bermakna dalam kehidupan siswanya. Guru tidak hanya sebagai
pengajar, melainkan sebagai pendidik dalam arti yang sebenarnya. Peluang untuk
memunculkan siswa yang kreatif akan lebih besar dari guru yang kreatif pula.
Guru yang kreatif mengandung pengertian ganda, yakni guru yang secara kreatif
mempu menggunakan berbagai pendekatan dalam proses belajar mengajar dan juga
guru yang senang melakukan kegiatan-kegiatan kreatif dalam hidupnya. Guru
senantiasa memegang posisi kunci dalam dalam proses pembelajaran. Sebagai
pengajar guru berperan menciptakan suasana yang kondusif, sehingga mendorong
berfungsinya proses mental pra kesadaran yang merupakan dasar bagi lahirnya
kreasi siswanya (Hasan, 2001: 200).
Kreativitas
adalah kemampuan untuk menghasilkan atau menciptakan sesuatu yang baru.
Kreativitas juga merupakan kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru
yang mempunyai makna sosial (Munandar, 1999: 28).
Peran
guru dalam meningkatkan prestasi belajar siswa adalah guru berperan sebagai
fasilitator. Guru harus memahami dan terbuka pada anak. Bakat anak tidak datang
secara simultan atau tiba-tiba, melainkan tumbuh dan berkembang sesuai dengan
hukum alam yang ada, bahwa manusia tumbuh dan berkembang setahap demi setahap.
Anak mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, jika anak memiliki kesulitan-kesulitan
dalam kegiatan belajar di sekolah, guru berusaha mengatasi atau mencari
alternatif pemecahannya dengan memilih atau memberikan kegiatan-kegiatan yang
disukai atau diminati anak (Hasan, 2001: 205).
Dalam
melakukan kegiatan belajar mengajar, guru tidak mengawasi, tetapi mengarahkan
kepada anak untuk mencapai tujuan, guru harus bisa menciptakan lingkungan di
dalam kelas yang dapat merangsang belajar kreatif anak supaya anak merasa aman
dan kerasan berada di dalam kelas, dengan begitu kreativitas anak dapat
berkembang dengan baik (Sardiman, 2001: 120).
Kegiatan
belajar mengajar di sekolah berorientasi pada pencapaian prestasi belajar
akademik yang tinggi oleh semua siswa. Kreativitas siswa apabila memperoleh
peluang untuk berkembang di dalam iklim belajar mengajar yang kondusif, maka
prestasi belajar yang tinggi dapat dicapai. Karena kreativitas guru dalam
mengajar, dijadikan sebagai asumsi yang dinilai mampu meningkatkan motivasi
belajar siswa (Munandar, 1992: 42).
Guru
yang mempunyai kreativitas yang tinggi akan mampu memberikan motivasi belajar
kepada anak didiknya. Motivasi berfungsi sebagai pendorong usaha dalam
pencapaian prestasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan
hasil yang baik. Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat menentukan
tingkat pencapaian prestasi belajar, sehingga prestasi belajar pendidikan agama
Islam akan tercapai dengan hasil yang baik (Muhaimin, 2002: 38).
b.
Pengelolaan Kelas dan Prestasi
Belajar Siswa
Dalam
proses pembelajaran di sekolah, guru sering kali mengalami hambatan terutama
kegaduhan di dalam kelas yang dilakukan oleh siswa. Keributan dan kegaduhan
yang terjadi di kelas apabila tidak segera diatasi akan mengganggu pelaksanaan
program pembelajaran dan dapat menghambat pencapaian target kurikulum. Oleh
karena itu suasana kelas harus dijaga supaya tetap kondusif untuk pelaksanaan
program pengajaran. Dengan demikian untuk mencapai tujuan pengajaran di sekolah
diperlukan guru yang mampu mengelola kelas dengan baik (Purnomo, 2003:10).
Pengelolaan
kelas merupakan usaha guru untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang
memungkinkan kegiatan pengelolaan pengajaran dapat berlangsung dengan lancar
sehingga tujuan pengajaran dapat dicapai (Toenlioe, 1992: 16). Kondisi belajar
yang optimal dapat dicapai jika guru mampu mengatur siswa dan sarana pengajaran
serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan
pelajaran. Kemampuan dalam mengelola kelas merupakan salah satu syarat
profesionalisme guru, oleh karena itu keberhasilan dalam mengelola kelas dapat
dijadikan indikator penting atas tercapainya tujuan pengajaran (Hasibuan dan
Moedjiono, 1995:82).
Aktivitas
belajar merupakan kegiatan yang melibatkan unsur jiwa dan raga. Belajar tidak
akan pernah dilakukan oleh seseorang, khususnya siswa tanpa suatu dorongan yang
kuat baik dari dalam maupun dari luar, yang keduanya memiliki peranan penting
dalam menentukan tujuan belajar. Faktor yang mempengaruhi aktivitas belajar
siswa salah satunya adalah motifasi. Motivasi merupakan gejala psikologis dalam
bentuk dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar
untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu (Djamarah, 2002: 114).
Secara
umum ada dua faktor yang dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa yaitu faktor
dari dalam diri siswa (instrinsik) dan faktor dari luar diri siswa
(ekstrinsik). Kegiatan pengelolan kelas termasuk salah satu bagian dari
motivasi ekstrinsik. Adapun motivasi ekstrinsik merupakan sekumpulan motif yang
aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Guru harus pandai
mempergunakan motivasi ekstrinsik dengan benar agar supaya proses interaksi
edukatif di kelas dapat tercapai.
Berbagai macam cara dilakukan guru untuk membangkitkan motivasi belajar
anak didiknya, salah satunya adalah dengan cara mengelola kelas dengan segala
komponennya (Hakim, 2000:15).
Secara
teoritik dapat diketahui bahwa kegiatan pengelolaan kelas merupakan kemampuan
atau ketrampilan guru, dalam mengelola siswa di kelas yang dilakukan untuk
menciptakan dan mempertahankan suasana (kondisi) kelas yang menunjang program
pengajaran guna meningkatkan prestasi belajar siswa. Begitu juga dalam
pendidikan agama Islam bahwa kegiatan pengelolaan kelas oleh guru PAI memiliki
pengaruh terhadap prestasi belajar. Dengan demikian untuk mencapai tujuan
pengajaran di sekolah diperlukan guru yang mampu mengelola kelas dengan baik.
c.
Kreativitas Guru PAI,
Pengelolaan Kelas dan Prestasi Belajar Siswa Bidang Studi Pendidikan Agama
Islam
Pendidikan
adalah suatu proses pemberian bimbingan terhadap anak oleh orang dewasa dengan
sengaja untuk mempengaruhi potensi anak agar mencapai kedewasaan (Syafaruddin,
2005: 24).
Dalam
melakukan kegiatan belajar mengajar, guru tidak hanya mengawasi, tetapi
mengarahkan kepada anak untuk mencapai tujuan, guru harus bisa menciptakan
lingkungan di dalam kelas yang dapat merangsang belajar kreatif anak supaya
anak merasa nyaman berada di dalam kelas, sehingga dengan begitu kreativitas
anak dapat meningkatkan hasil prestasi belajarnya (Sardiman, 2001: 127).
Keberhasilan
seorang guru dalam mengajar ditentukan oleh beberapa faktor, baik faktor
internal maupun eksternal. Faktor internal terdiri atas motivasi, kepercayaan
diri, dan kreativitas guru itu sendiri. Sedangkan faktor eksternal lebih
ditekankan pada sarana serta iklim sekolah yang bersangkutan. Setiap kemajuan
yang diraih manusia selalu melibatkan kreativitas. Ketika manusia mendambakan
produktivitas, efektivitas, efisiensi, dan bahkan kebahagiaan yang lebih baik
dan lebih tinggi dari apa yang sebelumnya di capai, maka kreativitas dijadikan
dasar untuk menggapainya (Munandar, 1999:10).
Guilford
menyatakan sebagaimana dikutip Munandar, kreativitas diartikan sebagai
kemampuan berpikir divergen untuk menjajaki bermacam-macam alternatif
jawaban terhadap suatu persoalan yang sama Kreativitas juga merupakan produksi
suatu respon atau karya yang baru dan sesuai dengan tugas yang dihadapi. Utami
Munandar menyusun rumusan operasional dari kreativitas sebagai kemampuan yang
mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), dan orisinalitas dalam
berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya,
merinci) suatu gagasan. Menurut
Munandar, kelancaran, fleksibilitas, orisinalitas dan elaborasi merupakan
indikator kemampuan berpikir kreatif. Lebih lanjut, Munandar menyatakan bahwa
ciri-ciri kreatif yang penting dalam menentukan kemampuan kreatif seorang
individu adalah rasa ingin tahu, tertarik terhadap tugas-tugas majemuk yang
dirasakan sebagai tantangan, berani mengambil resiko untuk membuat kesalahan
atau untuk dikritik orang lain, tidak mudah putus asa, menghargai keindahan,
mempunyai rasa humor, ingin mencari pengalaman-pengalaman baru dan dapat
menghargai baik diri sendiri maupun orang lain (Munandar, 1992:30).
Keterampilan
mengelola kelas ialah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara
kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya ke kondisi yang optimal jika
terjadi gangguan, baik dengan cara mendisiplinkan ataupun melakukan kegiatan
remedial (Hasibuan dan Moedjiono, 1995:83).
Tindakan
pengelolaan kelas merupakan tindakan yang dilakukan oleh guru dalam rangka
penyediaan kondisi yang optimal agar proses belajar mengajar berlangsung
efektif. Tindakan guru tersebut dapat berupa tindakan pencegahan yaitu dengan
jalan menyediakan kondisi baik fisik maupun kondisi sosio-emosional sehingga
terasa benar oleh peserta didik rasa kenyamanan dan keamanan untuk belajar.
Sedangkan tindakan lain adalah tindakan korektif terhadap tingkah laku peserta
didik yang menyimpang dan merusak kondisi optimal bagi proses belajar mengajar
yang sedang berlangsung (Rohani, 2004:127).
Berdasarkan
penelitian Edmund, Emmer, dan Carolyn Evertson sebagaimana dikutip oleh Sri
Esti Wuryani (2006:264), bahwa pengelolaan kelas didefinisikan sebagai berikut
:
1)
Tingkah laku guru yang dapat
menghasilkan prestasi siswa yang tinggi karena keterlibatan siswa di kelas.
2)
Tingkah laku siswa yang tidak
banyak mengganggu kegiatan guru dan siswa lain.
3)
Menggunakan waktu belajar yang
efisien.
Zaenal Arifin, mengemukakan bahwa kata
”prestasi” berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie. Kemudian dalam
bahasa Indonesia menjadi ”prestasi” yang berarti ”hasil usaha” (Zaenal Arifin, 1990:3).
Sedangkan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkahlaku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan (Slameto,
2003:2). Jadi prestasi
belajar adalah hasil yang telah dicapai atau yang ditunjukkan oleh siswa
sebagai hasil belajar, baik berupa angka maupun huruf serta tindakan yang
mencerminkan hasil belajar yang dicapai masing-masing anak dalam periode
tertentu (Bukhori, 1983: 8).
Prestasi belajar
yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor yang
mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor intrinsik) individu antara lain
minat, kecerdasan, bakat, motivasi dan kemampuan kognitif, sedangkan faktor
dari luar diri (faktor ekstrinsik) individu antara lain faktor lingkungan yaitu
alam, sosial budaya dan keluarga dan faktor instrumental yaitu kurikulum, program, sarana dan
fasilitas dan guru (Djamarah, 2002:144).
Pendidikan agama Islam adalah usaha sadar
untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, menghayati, memahami dan mengamalkan
agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan dengan
memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan
antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional (Muhaimin, 2002:30).
Dari
teori-teori di atas dapat diketahui bahwa guru merupakan salah satu dari faktor
ekstrinsik yang dapat memberikan pengaruh pada prestasi belajar siswa. Seorang
guru yang mempunyai kreativitas tinggi serta mampu mengelola kelas dengan baik
dan benar yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan suasana (kondisi) kelas
berfungsi menunjang program pengajaran guna meningkatkan prestasi belajar
siswa. Begitu juga dalam pendidikan agama Islam bahwa seorang guru PAI yang
kreatif dan mampu melakukan kegiatan pengelolaan kelas dengan baik maka akan
menentukan hasil prestasi belajar siswa di bidang PAI.
G.
Metode Penelitian
- Jenis dan Sifat Penelitian
Penelitian
ini merupakan jenis penelitian lapangan (field research). Sifat
penelitihan ini adalah kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian
yang penyajian datanya berupa angka-angka dan menggunakan analisa statistik
biasanya bertujuan untuk menunjukkan hubungan antara variabel, menguji teori
dan mencari generalisasi yang mempunyai nilai prediksi (Sugiyono, 2006a:8).
- Variabel Penelitian
Variabel
adalah segala sesuatu yang akan menjadi obyek pengamatan penelitian. Sering
pula dinyatakan variabel penelitian sebagai faktor-faktor yang berperan dalam
peristiwa atau gejala yang akan diteliti (Suryabrata, 1995:72). Dalam
penelitian ini ada tiga variabel yaitu dua variabel bebas atau independent
variabel (X1,X2) , yaitu variabel yang mempengaruhi
variabel lain disebut juga variabel prediktor, dan variabel terikat atau
dependent variabel (Y) yaitu variabel yang dipengaruhi. Sesuai dengan masalah,
penelitian ini melibatkan tiga variabel, yaitu prestasi belajar PAI siswa,
sebagai kriteria atau variabel terikat (Y), kemudian kreativitas guru PAI
sebagai prediktor pertama atau variabel bebas pertama (X1) dan
kemampuan mengelola kelas, sebagai prediktor kedua atau variabel bebas kedua (X2).
a.
Variabel bebas dalam penelitian
ini adalah :
1)
Kreativitas guru PAI (Munandar,
1992:50), dengan indikator-indikator sebagai berikut :
a)
Ketrampilan mengajar
b)
Motivasi tinggi
c)
Demokratis
d)
Percaya diri
e)
Berpikir divergen
2)
Kemampuan mengelola kelas (Rohani,
2004:127), dengan indikator-indikator sebagai berikut :
a)
Pengaturan tempat duduk siswa
b)
Pengaturan alokasi waktu
belajar
c)
Perhatian guru pada siswa
d)
Pemberian tanggung jawab kepada
siswa
e)
Memberi arahan kepada siswa
b. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar Pendidikan Agama Islam (Muhaimin, 2002:72), dengan indikator :
1)
Nilai hasil belajar, pada aspek
kognitif, afektif dan psikomotorik baik hasil tes formatif, sub sumatif maupun
sumatif yang dapat dilihat dari hasil
raport.
- Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi
merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subjek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2005:55).
Populasi merupakan jumlah yang ada pada obyek atau subyek yang dipelajari yang
meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh obyek atau subyek
itu.
Populasi
yang diambil dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII yang berjumlah 240
siswa. Adapun alasan penulis memilih kelas VIII adalah karena usia siswa tersebut menurut Peaget[1]
(dalam Hurlock, 2004:206) bahwa mereka berada pada masa adolescence. Awal masa remaja
bermula dari usia 13 tahun sampai 16 atau 17 tahun, dan akhir masa remaja bermula
dari usia 16 atau 17 tahun sampai 18 tahun. Dalam usia ini terjadi proses
kematangan mental, emosional, sosial dan fisik.
Sumadi
Suryabrata yang mengutip pendapatnya Montessori, memasuki periode III (13 – 18
tahun), adalah periode penemuan diri dan kepekaan rasa sosial. Dalam kondisi
seperti ini psikologis anak relatif kecil untuk berbohong, karena anak mulai
mengembangkan kepribadiannya serta sadar akan hak dan kewajibannya yang harus
dipatuhi (Suryabrata, 2002 :189).
Sampel
merupakan sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut (Sugiyono, 2005:58). Dalam ketentuan pengambilan sampel menurut
Suharsimi Arikunto yaitu jika subyeknya kurang dari 100 sebaiknya diambil semua sehingga penelitiannya disebut penelitian
populasi, namun jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10%-15% atau
20%-25% atau lebih (Arikunto, 2002:71). Sampel yang akan diambil dalam
penelitian ini adalah 15% dari seluruh populasi yang berjumlah 240 siswa,
sehingga diperoleh sampel sebanyak 36 responden.
Tehnik
pengambilan sampel ini harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh
sampel yang sesuai dengan sumber data sebenarnya atau dapat menggambarkan
keadaan populasi yang sebenarnya, dengan istilah lain, sampel harus
representatif (Margono, 2004:125). Dalam penelitian ini tehnik pengambilan
sampel yang digunakan adalah tehnik Proportional
Sistematic Random Sampling dan berkelompok (Arikunto, 1991:128). Tehnik
pengambilan sampel ini proporsional dengan mempertimbangkan jumlah murid di
setiap kelas, yaitu penulis mengambil murid dalam jumlah yang sama dari
tiap-tiap kelas dan dipilih seara acak. Teknik pengambilan sampel berkelompok
karena keseluruhan populasi dikelompokkan ke dalam kelas-kelas yaitu kelas VIII
A, kelas VIII B , kelas VIII C, Kelas VIII D, kelas VIII E dan kelas VIII F.
Untuk memperoleh 36 responden dari 240 siswa, penulis mengambil 6 siswa dari
tiap-tiap kelas yang masing-masing berjumlah 40 siswa, dan mereka dipilih
secara acak.
- Teknik Pengumpulan Data
Beberapa teknik pengumpulan data yang penulis
gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Angket atau kuesioner
Angket merupakan suatu daftar
pertanyaan atau pernyataaan tentang topik tertentu yang diberikan kepada
subyek, baik secara individu atau kelompok, untuk mendapatkan informasi
tertentu, prefensi, keyakinan, minat dan perilaku
(Hadjar, 1999: 181). Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data tentang
kreativitas guru PAI dan kemampuan guru PAI dalam mengelola kelas di SMP Negeri
3 Demak.
Pengukuran
skala ini mengikuti skala likert yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat,
dan pesrsepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial yang
telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti yang disebut sebagai variabel
penelitian (Sugiyono,2007:133-134). Dalam penelitian ini menggunakan empat
alternatif jawaban: "selalu", "sering",
"kadang-kadang", "tidak pernah". Skor jawaban mempunyai
nilai antara 1 sampai 4.
b.
Observasi
Observasi
adalah kegiatan pencatatan dan pengamatan yang disengaja dan sistematik tentang
keadaan/fenomena sosial dan gejala-gejala yang muncul pada objek penelitian (Mardalis,
2003:63). Observasi yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah observasi
sistematis (berkerangka) mulai dari metode yang digunakan dalam observasi sampai
cara-cara pencatatannya (Hadi, 1992:147), dilengkapi dengan format/blangko
pengamatan sebagai instrumen yang berisi item-item tentang kejadian yang
digambarkan akan terjadi (Arikunto, 2002:185), sehingga penulis tinggal
memberikan tanda terhadap kejadian yang muncul.
Observasi
digunakan penulis untuk memperoleh data tentang kreativitas guru PAI dan
pelaksanaan pengelolaan kelas guru PAI di SMP Negeri 3 Demak dengan cara
mengamati dan mencatat seluruh indikator yang akan diteliti.
c.
Wawancara atau Interview
Wawancara
adalah metode pengumpulan data yang digunakan penulis untuk mendapatkan
keterangan-keterangan lisan melalui proses tanya jawab antara Information
Hunter dengan Information Supplyer (Hadi, 1992:192), Dalam wawancara
ini penulis akan menggunakan bentuk semi structured. Tekniknya mula-mula
penulis menanyakan serentetan pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian satu
persatu diperdalam untuk mengetahui keterangan lebih lanjut (Arikunto, 2002:201).
Dari
wawancara ini diharapkan akan mendapatkan informasi-informasi yang lebih jelas,
lengkap dan sedalam-dalamnya tentang kreativitas guru PAI dan pelaksanaan
kegiatan pengelolaan kelas guru PAI. Metode ini penulis tujukan kepada guru
bidang studi PAI di SMP Negeri 3 Demak yang secara langsung berkaitan dengan kreativitas
guru dalam mengajar dan pelaksanaan pengelolaan kelas, para siswa, dan kepala
sekolah selaku supervisor di sekolah tersebut.
d.
Dokumentasi
Metode
dokumentasi yaitu mencari data-data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa
catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasati, notulen rapat, agenda,
dan sebagainya (Arikunto, 2002:206).
Metode
dokumentasi diperlukan sebagai metode pendukung untuk mengumpulkan data, karena
dalam metode ini dapat diperoleh data nilai prestasi PAI yang terdapat dalam
raport siswa, data-data histories, seperti sejarah berdirinya SMP Negeri
3 Demak, visi dan misi sekolah, daftar guru PAI, daftar siswa, dokumen seperti
jurnal, agenda, serta data lain yang mendukung penelitian ini.
- Metode Analisis Data
a.
Pengujian Persyaratan Analisis
Sesuai
dengan jenis penelitian ini, maka sebelum teknik statistik yang digunakan untuk
menguji hipotesis diterapkan, terlebih dahulu data dideskripsikan dengan
mengungkapkan mean, median, modus, dan standar deviasi, juga disajikan daftar
distribusi frekuensi dan histogram. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis,
terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas dengan menggunakan
program SPSS 11.5 for Windows.
b.
Pengujian Hipotesis
Pengujian
hipotesis ini menggunakan teknik Analisys of Variance Test – ANOVA Test atau
Pengujian Analisis Varian. ANOVA tes dibentuk atas dasar
cuplikan-cuplikan acak sederhana yang ditarik secara bebas dari setiap populasi. Pengujian itu
beranggapan bahwa pupulasi-populasi disebarkan secara normal dan memiliki
varian-varian yang sama (Soegiarto M, 2004: 309). ANOVA biasa digunakan
untuk membandingkan mean dari dua kelompok atau lebih dari kelompok sampel yang
telah dipilih secara acak. Secara simultan perbedaan mean antar pasangan
kelompok diuji untuk mengetahui apakah ada satu atau lebih mean yang berbeda
dari satu atau lebih mean yang lain. Uji ANOVA ini juga biasa disebut
sebagai One Way Analisys of Variance (Ibnu Hadjar,1999: 256).
Dasar
pemikiran yang mendasari analisis varian lebih baik ditunjukkan dengan suatu
pembahasan simbolis. Analisis varian yang nyata dengan jumlah responden 36 yang
dibagi dalam 3 kelompok belajar, dapat digambarkan pada tabel berikut ini :
X1.2
|
Y
|
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
|
88
82
81
83
81
82
80
79
85
90
87
89
|
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
|
84
80
81
83
80
83
85
82
86
81
88
90
|
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
|
80
78
79
78
82
79
81
77
78
80
80
79
|
Keterangan
:
X1.2 : Variabel kreativitas guru PAI dan kemampuan
mengelola kelas
Y :
Variabel prestasi belajar PAI
(1,2,3,4) : Variabel kategori yang dibedakan dalam kelompok
belajar
(77,78,79… dst) :
nilai PAI siswa yang dibedakan dalam kelompok
belajar
Adapun
langkah analisisnya adalah sebagai berikut:
Asumsi yang digunakan adalah subjek
diambil secara acak menjadi satu kelompok n. Distribusi mean berdasarkan
kelompok normal dengan keragaman yang sama. Statistik uji-F yang digunakan
dalam One Way ANOVA
dihitung dengan rumus (k-1),
uji F dilakukan dengan membandingkan nilai Fhitung (hasil
output) dengan nilai Ftabel. Sedangkan derajat bebas yang
digunakan dihitung dengan rumus (n-k),
dimana k adalah
jumlah kelompok sampel, dan n
adalah jumlah sampel. p-value rendah untuk uji ini mengindikasikan
penolakan terhadap hipotesis nol, dengan kata lain terdapat bukti bahwa setidaknya
satu pasangan mean tidak sama (Soegiarto M, 2004: 311).
Pengujian
hipotesis dilakukan dengan cara membandingkan nilai F dari perhitungan dengan
nilai F yang ada dalam tabel untuk tingkat kebebasan dan taraf signifikansi tertentu. Bila nilai F yang diperoleh
lebih kecil dari nilai F tabel, maka hipotesis nol diterima, berarti tidak ada
perbedaan nilai rata-rata yang cukup signifikan antar masing-masing kelompok.
Sebaliknya bila nilai F lebih besar, maka hipotesis nol ditolak, berarti ada
perbedaan nilai rata-rata yang signifikan, setidaknya ada satu kelompok di
antara seluruh pasangan kelompok subyek.
H.
Sistematika Penulisan
Tujuan
sistematika penulisan tesis adalah untuk lebih memudahkan memahami dan
mempelajari isi tesis. Adapun sistematika penulisan tesis ini akan penulis
rinci sebagai berikut :
Bab
satu, berisi pendahuluan; menjelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, sistematika penulisan.
Bab
dua, berisi landasan teori, kerangka berpikir dan hipotesis penelitian. Adapun
landasan teori berisi kreativitas guru meliputi: pengertian kreativitas,
faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas, ciri-ciri kreativitas,
karakteristik guru kreatif dan peranan guru. Pengelolaan kelas meliputi
pengertian pengelolan kelas, tujuan pengelolaan kelas, pendekatan dalam
pengelolaan kelas, prinsip-prinsip pengelolaan kelas, komponen keterampilan
pengelolaan kelas, usaha preventif masalah pengelolaan kelas. Pendidikan Agama
Islam yang terdiri dari pengertian Pendidikan Agama Islam, landasan Pendidikan
Agama Islam, tujuan dan fungsi Pendidikan Agama Islam, pendekatan pembelajaran
Pendidikan Agama Islam, pengorganisasian materi Pendidikan Agama Islam.
Pembahasan berikutnya adalah prestasi belajar yang terdiri dari pengertian
prestasi belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dan
faktor-faktor yang menghambat prestasi belajar; Kajian penelitian relevan;
Kerangka berpikir meliputi korelasi antara kreativitas guru PAI dengan prestasi
belajar siswa bidang studi pendidikan agama Islam, korelasi antara kemampuan
mengelola kelas dengan prestasi belajar siswa bidang studi pendidikan agama
Islam, korelasi antara kreativitas guru PAI dan kemampuan mengelola kelas
dengan prestasi belajar siswa bidang studi pendidikan agama Islam; dan
Pengajuan hipotesis penelitian.
Bab
tiga, berisi metodologi penelitian meliputi jenis dan sifat penelitian,
definisi operasinal, variabel penelitian, populasi dan sampel, teknik
pengumpulan data, dan metode analisis data.
Bab
empat, berisi hasil penelitian meliputi deskripsi data, pengujian persyaratan
analisis, pengujian hipotesis, pembahasan hasil penelitian meliputi hasil uji
korelasi antara kreativitas guru PAI dengan prestasi belajar siswa bidang studi
pendidikan agama Islam, hasil uji korelasi antara kemampuan mengelola kelas
dengan prestasi belajar siswa bidang studi pendidikan agama Islam, hasil uji
korelasi antara kreativitas guru PAI dan kemampuan mengelola kelas dengan
prestasi belajar siswa bidang studi pendidikan agama Islam; interpretasi hasil
penelitian dan keterbatasan penelitian.
Bab
lima, berisi penutup menjelaskan tentang kesimpulan dan saran-saran dalam
penelitian. Dan di akhir tesis ini penulis sertakan daftar pustaka,
lampiran-lampiran, data kuantitatif dan sebagainya. Selain itu penulis juga
sertakan curriculum vitae/biografi penulis sebagai pelengkap.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad, Guru Dalam Proses Belajar Mengajar,
Cet. 1 revisi, Bandung, CV Sinar Baru , 1987
Arifin, Zaenal, Evaluasi Instruksional Prinsip, Teknik,
Prosedur, Bandung, Remaja Rosda Karya, 1990
Arikunto,
Suharsimi, 1991, Manajemen Penelitian, Jakarta, Rineka Cipta.
, Pengelolaan Kelas dan Siswa sebuah pendekatan evaluatif,
Cet. II Jakarta, Rajawali Press, 1988
, Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek, Jakarta, Rineka Cipta, 2002
Asrori, Mohammad dan Mohammad
Ali, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik, Jakarta, PT Bumi
Aksara, 2004
Bukhori, M. Teknik – Teknik Evaluasi dalam
Pendidikan, Bandung, Jemmars, 1983
Djamarah, Syaiful
Bahri, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, Cet.III, Jakarta,
Rineka Cipta, 2005
, Psikologi Belajar, cet. ke-1, Jakarta,
Rineka Cipta, 2002
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain, Strategi
Belajar Mengajar, Cet. II, Jakarta, Rineka Cipta, 2002
Campbell, David, Mengembangkan Kreativitas, (disadur Dian Paramesti
Bahar dari Take the road to creativity and get off dead and),
Yogyakarta, Kanisius, 1995
Djohar. MS, Guru, Pendidikan & Pembinaannya,
Penerapannya dalam Pendidikan dan UU Guru, Yogyakarta, Grafika Indah, 2006
Ensiklopedi Indonesia, 4, Jakarta:
PT. Ichtiar Baru-Van Hoeve
E. Ayan, Jordan, Bengkel Kreativitas (10 ways to
free your creative spirit and find your generation), Bandung, Sinar Baru,
1995
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional (Menciptakan
Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan), Bandung, Remaja Rosda Karya, 2004
Esti Wuryani, Sri, Psikologi Pendidikan, Cet.III, Jakarta,
PT. Gramedia, 2006
G. Aleinikov, Andrei, Mega Kreativitas: 5 Langkah
menuju cara berpikir seorang jenius, Yogyakarta, Niagara, 2002
Hadi, Sutrisno, Metodologi Research I,
Yogjakarta, Yayasan Fakultas Psikilogi
UGM, 1992
_______, Metodologi Research II,
Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM, 1995
_______, Statistik II, Yogyakarta:
Fakultas Psikologi UGM, 1995
Hasan, Maimunah, Membangun kreativitas Anak secara
Islami, Yogyakarta, Bintang Cemerlang, 2001
Hasan Sulaiman, Fatiyah, Sistem Pendidikan Versi
Al Ghazaly, Cet. 2, terj. Fathur Rahman, Syamsuddin Asyrafi, Bandung, PT.
Al Ma’arif, 1993
Hakim, Thursan,
Belajar Secara efektif, Jakarta, Puspa Swara, 2000
Hadjar, Ibnu, Dasar-dasar metodologi penelitian
kuantitatif dalam pendidikan, Jakarta, PT.Raja Grafindo Persada, 1999
Hurlock,
Elizabeth B., Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan, terj. Istiwidayanti dan Soedjarwo, Jakarta: Erlangga, 2004
James, Jenifer, Thinking in the future tense (Berpikir ke depan
menyongsong millennium baru), Jakarta, Gramedia, 1998
Jawad, M. Abdul, Mengembangkan Inovasi dan Kreativitas berfikir pada
diri dan organisasi anda, Bandung, PT. Syamil Cipta Media, 2002
J.J. Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar
Mengajar, Cet. VI, Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 1995
Langgulung, Hasan, Manusia dan
Pendidikan Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan, cet. ke-3, Jakarta: PT.
Al-Husna Zikra, 1995
L. Good, Thomas dan Jere E. Brophy, Educational
Psychology, New York, Longinan, 1990
Majid, Abdul, dan Dian Andayani, Pendidikan
Agama Islam Berbasis Kompetensi Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2004
Malik Fajar, A, Holistika
Pemikiran Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005
Marimba, Ahmad D, Pengantar Filsafat Pendidikan
Islam, Bandung, Al-Ma’arif, 1971
M. Echols, John Hasan Shadly, Kamus Inggris
Indonesia, Cet XXIII, Jakarta, Gramedia, 1996
Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan
Proposal, Cet.VI, Jakarta, Bumi Aksara, 2003
Margono, Metodologi
Penelitian Pendidikan, Jakarta, Rineka Cipta, 2004
Muhaimin, Paradigma
Pendidikan Islam, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2002
Munandar, S.C.Utami, Krerativitas &
Keberbakatan Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif & Bakat, Jakarta, PT
Gramedia Pustaka Utama, 1999
, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas
Anak Sekolah, Jakarta, PT Gramedia Widia Sarna Indonesia, 1992
, Pengembangan Kreativitas Anak
Berbakat, Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 1999
Nashori, Fuad & Rachmy Diana Mucharam, Mengembangkan
Kreativitas dalam Perspektif Psikologi Islami, Yogyakarta, Menara Kudus,
2002
Nasution,
S. Didaktik Asas-Asas Mengajar, Jakarta, Bumi Aksara, 1995
Oemar, Hamalik, Holistika
Pendidikan Berdasarkan Pendekatan Sistem, Jakarta: Raja Grafindo, 2005
_______, Perencanaan Pengajaran
Berdasarkan Pendekatan Sistem, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2002
Pendidikan Nasional, Standar Kompetensi Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam SMP & MTs, Jakarta, Pusat Kurikulum, Balitbang
Depdiknas, 2003
P.
Purnomo, Strategi Pengajaran, Surakarta, INTHEOS, 2003
Priyadarma, Triguna, Kreativitas dan Strategi,
Jakarta, PT. Golden, 2001
Roestiyah
N.K, Didaktik Metodik, Jakarta, PT Bina Aksara, 1989
Rohani,
Ahmad, Pengelolaan Pengajaran, Cet. II, Jakarta; PT Rineka Cipta, 2004
Rohani, Ahmad dan Abu Ahmadi, Pedoman
Penyelenggaraan Administrasi Pendidikan Di Sekolah, Jakarta, Bumi Aksara,
1991
Rose, Colin dan Malcolm J. Nichol, Accelerated
Learning for the 21 Century: (Cara Belajar Cepat di Abad XXI), Bandung,
Nuansa, 1997
Salam, Burhanudin,
Pengantar Paedagogik, Jakarta, Rineka Cipta, 2002
Santoso, Singgih, Mengolah Data Statistik Secara Profesional, Jakarta,
PT. Elek Media Komputindo, 2002
Sardiman AM, Interaksi & Motivasi Belajar
Mengajar, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2001
Semiawan,
Conny dan Utami Munandar, Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Menengah,
Jakarta, Gramedia, 1990
Semiawan, Conny A.F. Tangyong, dkk, Pendekatan
Ketrampilan Proses, Cet.V, Jakarta, Gramedia, 1989
Slameto, Belajar dan
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, cet. ke-4., Jakarta, Rineka Cipta, 2003
Soegiarto M, Statistik Lanjutan, Jakarta,
Rineka Cipta, 2004
Sugiono, Metode
Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Bandung, Alfa Beta, 2007
, Statistika
untuk Penelitian, Bandung, Alfa Beta, 2005
Sumiyatiningsih, Dien, Mengajar dengan Kreatif dan Menarik, Yogyakarta, Andi
Offset, 2006
Supriyadi,
Dedi, Kreativitas Kebudayaan dan Perkembangan Iptek, Jakarta, Alfa Beta,
1996
Suryabrata, Sumadi, Metodologi Penelitian, Jakarta,
Raja Grafindo Persada, 1995
, Psikologi
Pendidikan, Jakarta, PT.Raja Grafindo Persada, 2002
Syafaruddin,
Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran, Ciputat, Quantum Learning, 2005
Syaudih Sukmadinata, Nana, Landasan
Psikologi Proses Pendidikan, Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2004
Toenlioe, Teori
dan Praktek pengelolaan kelas, Surabaya; Usaha Nasional, 1992
Wahib, Abdul, Mengajar dan
Menilai Secara Kreatif, Seminar, Semarang, 25 April 2007
Warsito, Pengembangan
Instrumen Kreativitas, Jakarta, Rineka Cipta, 2000
Winkel,W.S. Psikologi Pendidikan
dan Evaluasi Belajar, Jakarta, Gramedia, 1986
Zuhairi, dan Abdul Ghofir, Metodik
Khusus Pendidikan Agama, cet. ke-8, Biro Ilmiah Fakultas Tarbiyah IAIN
Sunan Ampel Malang, 1983
0 Response to "KARYA TULIS ILMIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM STUDI KORELASI ANTARA KREATIVITAS GURU PAI DAN KEMAMPUAN MENGELOLA KELAS DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA BIDANG STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 3 DEMAK"
Post a Comment