|
Kebidanan dalam arti menolong persalinan
dapat dikatakan sebagai praktik kesehatan tertua di dunia, sama tuanya dengan
umat manusia. Pada mulanya semua persalinan ditolong oleh dukun atau mereka
yang mengkhususkan diri dalam pertolongan persalinan, tanpa membolehkan tenaga
medis lainnya untuk ikut membantu melakukan hal tersebut.
Dengan pengetahuan yang serba terbatas
serta jumlah tenaga ahli kebidanan dan penyakit kandungan di Indonesia yang
masih sangat kurang yaitu pada tahun 1995 terdapat 700 orang tenaga berbanding
dengan 197 juta penduduk (Manuaba, 1999) bila dibandingkan dengan negara di
Asia Tenggara lain, contoh di Filipina
terdapat 2.000 orang tenaga ahli kebidanan dalam jumlah penduduk 40 juta jiwa.
Maka sudah dapat dibayangkan bahwa jumlah kematian ibu dan bayi di Indonesia
menjadi paling tinggi di Asia Tenggara.
Sebagai ukuran kemmapuan pelayanan
kesehatan satu negara ditetapkan berdasarkan angka kematian ibu dan angka
kematian karena melahirkan. Sementara persalinan di Indonesia sebagian besar
yaitu sekitar 70 – 80 % masih ditolong oleh dukun terutama di pedesaan dengan
kemampuan dan peralatan yang serba terbatas. Penyebab kematian terjadi terutama
karena perdarahan, infeksi, dan keracunan hamil serta terlambatnya sistem
rujukan (Manuaba, 1999).
|
Pemerintah memberikan perhatian khusus
kepada masalah kebidanan ini mengingat permasalahan yang muncul selama masa
kehamilan adalah sangat kompleks yang meliputi masalah fisik, psikologis dan
sosial (Sarwono, 1991). Bahkan dengan kecenderunagn angka kematian pada ibu
yang sangat tinggi yang diakibatkan karena perdarahan, infeksi dan keracunan
pada masa kehamilan, menjadikan program pengawasan pada ibu hamil lebih
diperketat dan ditingkatkan melalui upaya ANC (Ante Natal Care).
Salah satu permasalahan yang sering
terjadi pada ibu hamil adalah keguguran atau abortus. Mengingat semkain
berkembnagnya pendidikan dan pengethauan masyarakat khususnya wanita dengan
emansipasinya dalam turut serta menghidupi ekonomi keluarga, membuat kejadian
abortus menjadi cukup tinggi dalam dekade terakhir. Didukung pula oleh pengaruh
budaya barat dengan pergaulan bebasnya menjadinya banyak kejadian kehamilan tidak
diinginkan menjadi meningkat sehingga kecenderungan kejadian abortus provocatus
juga meningkat. Bahkan semakin merebaknya klinik – klinik aborsi di tanah air,
semakin membuka peluang wanita untuk melakukan aborsi tanpa memikirkan
akibatnya.
Berdasarkan pemikiran tersebut di atas,
maka kami mengangkat permasalahan abortus sebagai makalah, mengingat
permasalahan abortus sendiri merupakan suatu permasalahan yang kompleks bagi
ibu, suami/pasangan maupun keluarga.
1.2
Tujuan
Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Menerapkan asuhan keperawatan pada ibu
dengan kejadian abortus sesuai dengan konsep teori asuhan keperawatan.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi
data fokus keperawatan melalui pengkajian pada ibu hamil denagn kejadian
abortus.
2. Mengidentifikasi
diagnosa keperawatan yang timbul pada ibu hamil dengan kejadian abortus.
3. Mengidentifikasi
rencana intervensi keperawatan pada ibu hamil dengan kejadian abortus.
4. Menerapkan
implementasi keperawatan pada ibu hamil dengan kejadian abortus.
5. Mengidentifikasi
evaluasi keperawatan pada ibu hamil dengan kejadian abortus.
1.3
Manfaat
Penulisan
1.3.1 Bagi mahasiswa
Memberikan kesempatan kepada mahasiswa
guna menerapkan asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan kejadian abortus
sehingga dapat menambah pengalaman dan pemahaman mahasiswa terhadap penatalaksanaan
asuhan keperawatan pada pasien dengan abortus.
1.3.2 Bagi Institusi pendidikan
Meningkatkan pengetahuan mengenai
penatalaksanaan asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan kejadian abortus di
rumah sakit sehingga dapat menetapkan prosedur tetap mengenai model asuhan
keperawatan yang tepat digunakan pada ibu dengan permasalahan abortus.
|
KONSEP TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Abortus
2.1.1
Berakhirnya masa kehamilan sebelum anak
dapat hidup di dunia luar (Bagian Obgyn Unpad, 1999). Anak baru mungkin hidup
di dunia luar kalau beratnya telah mencapai 1000 gram atau umur kehamilan 28
minggu.
2.1.2
Pengeluaran atau ekstraksi janin atau
embrio yang berbobot 500 gram atau kurang dari ibunya yang kira – kira berumur
20 sampai 22 minggu kehamilan (Hacker and Moore, 2001).
2.2 Jenis Abortus, Macam Abortus,
Definisi, Tanda dan Gejala
2.2.1
Spontan (terjadi dengan sendiri,
keguguran) merupakan ± 20% dari semua abortus.
Abortus spontan
terdiri dari 7 macam, diantaranya :
a. Abortus imminens
(keguguran mengancam) adalah Abortus ini baru mengancam dan ada harapan untuk
mempertahankan.
Tanda
dan Gejala
·
Perdarahan per-vaginam sebelum minggu ke
20.
·
Kadang nyeri, terasa nyeri tumpul pada
perut bagian bawah menyertai perdarahan.
·
Nyeri terasa memilin karena kontraksi
tidak ada atau sedikit sekali.
·
Tidak ditemukan kelainan pada serviks.
·
Serviks tertutup.
b. Abortus incipiens
(keguguran berlangsung) adalah Abortus sudah berlangsung dan tidak dapat
dicegah lagi.
Tanda
dan Gejala
·
Perdarahan per vaginam masif, kadang –
kadang keluar gumpalan darah.
·
Nyeri perut bagian bawah seperti kejang
karena kontraksi rahim kuat.
·
Serviks sering melebar sebagian akibat
kontraksi.
c.
|
Tanda
dan Gejala
·
Perdarahan per vaginam berlangsung terus
walaupun jaringan telah keluar.
·
Nyeri perut bawah mirip kejang.
·
Dilatasi serviks akibat masih adanya
hasil konsepsi di dalam uterus yang dianggap sebagai corpus allienum.
·
Keluarnya hasil konsepsi (seperti
potongan kulit dan hati).
d. Abortus completus
(keguguran lengkap) adalah Seluruh buah kehamilan telah dilahirkan lengkap.
Kontraksi rahim dan perdarahan mereda setelah hasil konsepsi keluar.
Tanda
dan Gejala
·
Serviks menutup.
·
Rahim lebih kecil dari periode yang
ditunjukkan amenorea.
·
Gejala kehamilan tidak ada.
·
Uji kehamilan negatif.
e. Missed abortion
(keguguran tertunda) adalah Missed abortion ialah keadaan dimana janin telah
mati sebelum minggu ke 22 tetapi tertahan di dalam rahim selama 2 bulan atau
lebih setelah janin mati.
Tanda
dan Gejala
·
Rahim tidak membesar, malahan mengecil
karena absorpsi air ketuban dan macerasi janin.
·
Buah dada mengecil kembali.
·
Gejala kehamilan tidak ada, hanya
amenorea terus berlangsung.
f. Abortus habitualis
(keguguran berulang – ulang) adalah abortus yang telah berulang dan berturut –
turut terjadi sekurang – kurangnya 3 kali berturut – turut.
g. Abortus febrilis
adalah Abortus incompletus atau abortus incipiens yang disertai infeksi.
Tanda
dan Gejala
·
Demam kadang – kadang menggigil.
·
Lochea berbau busuk.
2.2.2
Abortus
provocatus (disengaja, digugurkan) merupakan 80% dari semua
abortus.
Abortus provocatus terdiri dari 2
macam, diantaranya :
a.
Abortus
provocatus artificialis atau abortus therapeutics adalah
Pengguguran kehamilan dengan alat – alat dengan alasan bahwa kehamilan
membahayakan membawa maut bagi ibu, misal ibu berpenyakit berat. Indikasi pada
ibu dengan penyakit jantung (rheuma), hypertensi essensialis, carcinoma
cerviks.
b.
Abortus
provocatus criminalis Adalah pengguguran kehamilan tanpa
alasan medis yang syah dan dilarang oleh hukum.
2.3 Etiologi Abortus
2.3.1 Kelainan telur
Kelainan telur menyebabkan kelainan
pertumbuhan yang sedinikian rupa hingga janin tidak mungkin hidup terus,
misalnya karena faktor endogen seperti kelainan chromosom (trisomi dan
polyploidi).
2.3.2 Penyakit ibu
Berbagai penyakit ibu dapat
menimbulkan abortus, yaitu:
a.
Infeksi akut yang berat: pneumonia,
thypus dapat mneyebabkan abortus dan partus prematurus.
b.
Kelainan endokrin, misalnya kekurangan
progesteron atau disfungsi kelenjar gondok.
c.
Trauma, misalnya laparatomi atau
kecelakaan langsung pada ibu.
d.
Gizi ibu yang kurang baik.
e.
Kelainan alat kandungan:
·
Hypoplasia uteri.
·
- Tumor uterus
·
- Cerviks yang pendek
·
- Retroflexio uteri incarcerata
·
- Kelainan endometrium
f.
Faktor psikologis ibu.
2.3.3 Faktor suami
Terdapat kelainan bentuk anomali
kromosom pada kedua orang tua serta faktor imunologik yang dapat memungkinkan
hospes (ibu) mempertahankan produk asing secara antigenetik (janin) tanpa
terjadi penolakan.
2.3.4 Faktor lingkungan
Paparan dari lingkungan seperti
kebiasaan merokok, minum minuman beralkohol serta paparan faktor eksogen
seperti virus, radiasi, zat kimia, memperbesar peluang terjadinya abortus.
2.4 Web Of Caution (WOC)
2.5 Penatalaksanaan Abortus
2.5.1 Abortus imminens
Karena
ada harapan bahwa kehamilan dapat dipertahankan, maka pasien:
a.
Istirahat rebah (tidak usah melebihi 48
jam).
b.
Diberi sedativa misal luminal, codein,
morphin.
c.
Progesteron 10 mg sehari untuk terapi
substitusi dan mengurangi kerentanan otot-otot rahim (misal gestanon).
d.
Dilarang coitus sampai 2 minggu.
2.5.2 Abortus incipiens
Kemungkinan
terjadi abortus sangat besar sehingga pasien:
a.
Mempercepat pengosongan rahim dengan
oxytocin 2 ½ satuan tiap ½ jam sebnayak 6 kali.
b.
Mengurangi nyeri dengan sedativa.
c.
Jika ptocin tidak berhasil dilakukan curetage
asal pembukaan cukup besar.
2.5.3 Abortus incompletus
Harus
segera curetage atau secara digital untuk mengehntikan perdarahan.
2.5.4 Abortus febrilis
a.
Pelaksanaan curetage ditunda untuk
mencegah sepsis, keculai perdarahan banyak sekali.
b.
Diberi atobiotika.
c.
Curetage dilakukan setelah suhu tubuh
turun selama 3 hari.
2.5.5 Missed abortion
a.
Diutamakan penyelesaian missed abortion
secara lebih aktif untuk mencegah perdarahan dan sepsis dengan oxytocin dan
antibiotika. Segera setelah kematian janin dipastikan, segera beri pitocin 10
satuan dalam 500 cc glucose.
b.
Untuk merangsang dilatasis erviks diberi
laminaria stift.
2.6 Penyulit Abortus
a.
Perdarahan hebat.
b.
Infeksi kadang-kadang sampai terjadi
sepsis, infeksi dari tuba dapat menimbulkan kemandulan.
c.
Renal failure disebabkan karena infeksi
dan shock.
d.
Shock bakteri karen atoxin.
e.
Perforasi saat curetage
2.7 Konsep Asuhan Keperawatan Ibu dengan
Abortus
2.7.1
Pengkajian
Data Fokus
Pada Ibu hamil dengan kasus abortus pada umumnya
mengalami keluhan sebagai berikut:
a. Tidak
enak badan.
b. Badan
panas, kadang- kadang panas disertai menggigil dan panas tinggi.
c. Sakit
kepala dan penglihatan terasa kabur.
d. Keluar
perdarahan dari alat kemaluan, kadang-kadang keluar flek-flek darah atau
perdarahan terus-menerus.
e. Keluhan
nyeri pada perut bagian bawah, nyeri drasakan melilit menyebar sampai ke
punggung dan pinggang.
f. Keluhan
perut dirasa tegang, keras seperti papan, dan kaku.
g. Keluhan
keluar gumpalan darah segar seperti kulit mati dan jarinagn hati dalam jumlah
banyak.
h. Perasaan
takut dan khawatir terhadap kondisi kehamilan.
i.
Ibu merasa cemas dan gelisah sebelum
mendapat kepastian penyakitnya.
j.
Nadi cenderung meningkat, tekanan darah
meningkat, respirasi meningkat dan suhu meningkat.
Pemeriksaan Penunjang:
a. Pada
pemeriksaan dalam ditemukan terdapat pembukaan serviks atau pada kasus abortus
imminens sering ditemukan serviks tertutup dan keluhan nyeri hebat pada pasien.
b. Porsio
sering teraba melunak pada pemeriksaan dalam, terdapat jaringan ikut keluar
pada pemeriksaan.
c. Pemeriksaan
kadar hemoglobin cenderung menurun akibat perdarahan.
d. Pemeriksaan
kadar HCG dalam urine untuk memastikan kehamilan masih berlangsung.
e. Pemeriksaan
auskultasi dengan funduskop dan doppler untuk memastikan kondisi janin.
f.
Pemeriksaan USG untuk memastikan kondisi
janin.
2.7.2
Diagnosa
Keperawatan
1. Nyeri
b/d adanya kontraksi uterus, skunder terhadap pelepasan separasi plasenta.
2.
Resiko deficit volume cairan b/d
kehilangan berlebihan melalui rute normal dan atau abnormal (perdarahan).
3.
Kelemahan b/d penurunan produksi energi
metabolic, peningkatan kebutuhan energi (status hipermetabolik); kebutuhan
psikologis/emosional berlebihan; perubahan kimia tubuh; perdarahan.
4.
Resiko terjadi gawat janin intra uteri
(hipoksia) b/d penurunan suplay O2 dan nutrisi ke jaringan plasenta skunder
terhadap perdarahan akibat pelepasan separasi plasenta.
5.
Ketakutan/ansietas b/d krisis situasi
(perdarahan); ancaman/perubahan pada status kesehatan, fungsi peran, pola
interaksi; ancaman kematian; perpisahan dari keluarga (hospitalisasi,
pengobatan), transmisi/penularan perasaan interpersonal.
6.
Defisit knowledge / Kurang pengetahuan
(kebutuhan belajar), mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d
kurang pemajanan/mengingat; kesalahan interpretasi informasi, mitos; tidak
mengenal sumber informasi; keterbatasan kognitif.
7.
Resiko tinggi terhadap infeksi b/d
ketidakadekuatan pertahanan skunder akibat perdarahan; prosedur invasif.
DAFTAR PUSTAKA
Barbara C. Long
(1996), Perawatan Medikal Bedah: Suatu
Pendekatan Proses Keperawatan, The C.V Mosby Company St. Louis, USA.
Barbara Engram
(1998), Rencana Asuhan Keperawatan
Medikal – Bedah Jilid II Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Donna D.
Ignatavicius (1991), Medical Surgical
Nursing: A Nursing Process Approach, WB. Sauders Company, Philadelphia.
Guyton &
Hall (1997), Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran Edisi 9, Penerbit Buku Kedoketran EGC, Jakarta
Marylin E.
Doenges (2000), Rencana Asuhan
Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien
edisi 3, Penerbit Buku Kedoketran EGC, Jakarta.
Bagian Obstetri
dan Ginekologi FK Unpad (1994), Obstetri
Patologi, Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad, Bandung.
Hacker Moore
(1999), Esensial Obstetri dan Ginekologi
Edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Hanifa
Wikyasastro (1997), Ilmu Kebidanan,
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, Jakarta.
Marylin E.
Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2000), Rencana Asuhan
Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien
Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Hanifa
Wikyasastro (1997), Ilmu Kandungan,
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, Jakarta.
|
ASUHAN
KEPERAWATAN REPRODUKSI
PADA
NY. R DENGAN ABORTUS IMMINENS
TANGGAL
17 MARET 2009
Tanggal masuk : 17 Maret 2009 Jam masuk : 11.30 WIB
Ruang : - No. Register : XXXXXXX
Pengkajian
tanggal : 17 Maret 2009 Jam : 12.30 WIB.
3.1 Pengkajian
3.1.1
Identitas
Nama : Ny. R
Umur : 24
tahun
Suku/bangsa :
Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu RT
Alamat : Klampis - Sby.
Status
perkawinan : Kawin
|
Nama : Tn. S
Umur : 28 tahun
Suku/bangsa :
Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta (± Rp.1.200.000,-)
Alamat : Klampis - Sby
Status
perkawinan : Kawin
|
3.1.2
Status Kesehatan
a.
Alasan datang ke
rumah sakit :
Ibu mengeluh terlambat menstruasi sejak 4 bulan yang lalu, lalu sejak tadi pagi
dirasakan keluar darah sedikit dari kemaluan serta ibu merasakan mules pada
perut bagian bawah. Ibu mengatakan tidak melakukan hubungan seksual kemarin
malam, ibu mengatakan habis jalan-jalan di mall.
b.
Keluhan utama
saat ini : Ibu
takut kalau kehamilannya tidak bisa dipertahankan atau terdapat apa-apa dengan
janin yang dikandungnya.
c.
Timbulnya
keluhan : Mendadak.
d.
Faktor yang
memperberat : Jika
ibu beraktifitas atau berjalan, perdarahan dirasakan semakin bertambah.
e.
Upaya yang
dilakukan untuk mengatasi : Istirahat dan duduk.
f.
Diagnosa medik :
Abortus imminens.
|
3.1.3
Riwayat
Keperawatan
a.
Riwayat
obstetri:
b.
Riwayat
menstruasi:
1)
Menarche
umur 12 tahun
2)
Banyak
darah menstruasi sedang
3)
Siklus
teratur
4)
Lama
menstruasi: 5 -7 hari.
5)
HPHT:
16 November 2008
6)
Keluhan
selama menstruasi tidak ada.
c.
Riwayat
perkawinan : Ibu
menikah 6 bulan yang lalu dan ini adalah pernikahan yang pertama.
d.
Riwayat
kehamilan, persalinan, nifas yang lalu : Ibu pada saat ini hamil pertama
dan tidak ada riwayat abortus/keguguran sebelumnya.
e.
Genogram:
![]() |
|||||||||||||||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||||||||||||||
|
|||||||||||||||||||||||||||
|
![]() |
||||||||||||||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||||||||||||||
![]() |
![]() |
||||||||||||||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||||||||||||||
|
|||||||||||||||||||||||||||
![]() |
|
||||||||||||||||||||||||||
![]() |
|
||||||||||||||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||||||||||||||

f.
Riwayat Keluarga
berencana : Ibu
tidak melaksanakan KB, karenanya data lain tidak dikaji.
g.
Riwayat kesehatan:
1)
Penyakit yang
pernah dialami ibu:
tidak ada, ibu tidak pernah menderita penyakit infeksi seperti typhus,
pneumonia, penyakit pada kandungan.
2)
Pengobatan yang
didapat: tidak ada.
h.
Riwayat penyakit
keluarga:
Hipertensi (ibu Ny.R).
i.
Riwayat
lingkungan:
1)
Kebersihan: menurut ibu
kebersihan rumah dan lingkungannya cukup bersih.
2)
Bahaya: bahaya dalam
rumah dan sekitar rumah seperti pabrik dekat rumah tidak ada, lantai licin
tidak ada. Ibu mengatakan tidak
pernah mendapat kecelakaan atau trauma selama masa kehamilan ini.
j.
Aspek
psikososial:
Persepsi ibu
tentang keluhan/penyakit : Ibu merasa akan mengalami keguguran.
Apakah keadaan ini menimbulkan perubahan terhadap
kehidupan sehari-hari? Tidak karena ibu memang harus beristirahat. Ibu
berharap kehamilannya dapat diperthanakan karena ibu sangat ingin punya anak.
Ibu mengatakan sangat khawatir dengan keselamatan bayinya dan bertanya
bagaimana caranya supaya bayinya dapat dipertahankan. Orang terpenting bagi ibu
adalah keluarga. Sikap anggota keluarga terhadap keadaan saat ini adalah sangat
mendukung. Kesiapan mental untuk menjadi ibu: siap.
3.1.4
Aktifitas Sehari
- Sehari:
a.
Pola nutrisi:
1)
Frekuensi
makan: 3 kali sehari.
2)
Nafsu
makan baik.
3)
Jenis
makanan rumah: nasi, lauk, sayur dan buah. Ibu mengatakan tidak begitu suka
minum susu.
4)
Makanan
yang tidak disukai/alergi/pantangan: tidak ada.
b.
Pola eleminasi:
1)
BAK:
· Frekuensi: 5
kali sehari.
· Warna: Kuning jernih.
· Keluhan saat
BAK: Tidak ada.
2)
BAB:
· Frekuensi: 1
kali sehari.
· Warna: kuning
khas feses.
· Bau: khas feses.
· Konsistensi:
padat.
· Keluhan: tidak
ada.
c.
Pola personal
hygiene:
1)
Mandi:
· Frekuensi: 2
kali sehari.
· Penggunaan
sabun: ya.
2)
Oral
hygiene:
· Frekuensi: 2
kali sehari.
· Waktu: pagi dan
sore.
3)
Cuci
rambut:
· Frekuensi: 3
kali seminggu.
· Penggunaan
shampo: ya.
d. Pola istirahat dan tidur:
1)
Lama
tidur: 8 jam sehari.
2)
Kebiasaan
sebelum tidur: tidak ada.
3)
Keluhan
tidur; tidak ada.
e. Pola aktifitas dan latihan:
1)
Kegiatan
dalam pekerjaan: membantu memasak. Ibu tinggal dengan mertua, sehingga banyak
pekerjaan rumah tangga yang diselesaikan oleh ibu mertua seperti mencuci,
menyetrika, bersih-bersih rumah dan memasak.
2)
Waktu
bekerja: tidak tentu.
3)
Olahraga:
ya, jalan-jalan pagi, frekuensi kadang-kadang.
4)
Kegiatan
waktu luang: tidak ada.
5)
Keluhan
dalam aktifitas: tidak ada.
f. Pola kebiasaan yang mempengaruhi
kesehatan:
1)
Merokok:
tidak.
2)
Minuman
keras; tidak.
3)
Ketergantungan
obat: tidak.
3.1.5
Pemeriksaan
fisik:
a. Umum:
· Keadaan umum:
baik.
· Kesadaran: CM, E4V5M6
· Tekanan darah:
120/80 mmHg.
· Respirasi: 18
x/mnt.
· Nadi: 88 x/mnt
· Suhu: 370C.
· Berat badan: 48
kg.
· Tinggi badan: 154
cm.
b. Khusus:
1)
Kepala:
· Bentuk: normal.
· Keluhan: tidak
ada.
2)
Mata:
· Kelopak mata:
simetris, oedem palpebra tidak ada.
· Gerakan mata:
normal.
· Konjungtiva:
merah muda.
· Sklera: putih,
icetrus tidak ada.
· Pupil: normal,
isokor.
· Akomodasi: baik
(tidak memakai kacamata).
3)
Hidung:
· Reaksi alergi:
tidak ada.
· Sinus: normal.
4)
Mulut dan tenggorokan:
· Gigi geligi:
lengkap, 32 buah.
· Kesulitan
menelan: tidak ada.
5)
Dada dan axilla:
· Mamae: membesar
· Areolla mamae:
hiperpigmentasi.
· Papila mamae:
menonjol.
· Colostrum: belum
keluar.
6)
Pernafasan:
· Jalan nafas:
bebas.
· Suara nafas:
bersih, tidak ada suara nafas tambahan.
· Menggunakan
otot-otot bantu pernafasan: tidak.
7)
Sirkulasi jantung:
· Kecepatan denyut
apikal: 88 x/mnt.
· Irama: reguler.
· Kelainan bunyi
jantung: tidak ada.
· Sakit dada:
tidak ada.
8)
Abdomen:
· Mengecil: tidak
· Linea dan
striae: tidak ada, tidak ada nyeri tekan.
· Luka bekas
operasi: tidak ada.
· Kontraksi: tidak
ada.
· TFU: 2 jari
bawah pusat, djj: (+) 12-12-12
9)
Genitourinary:
· Perineum: intak.
· Vesika urinaria:
kosong.
10)
Ekstremitas:
· Turgor kulit:
baik.
· Warn akulit:
sawo matang.
· Kontraktur pada
persendian ekstremitas: tidak ada.
· Kesulitan dalam
pergerakan: tidak ada.
3.1.6
Data Penunjang
a.
laboratorium: --
b.
USG: --
c.
Rontgen: --
d.
Pemeriksaan
dalam (vaginal toucher):
· Vulva: fleks ada
sedikit, fluxus tidak ada.
· Vagina: fleks
ada sedikit, fluxus tidak ada.
· Porsio:
tertutup, licin, nyeri tekan (-).
· Cavum uteri: AF
(18 – 20 mg).
· Adnexa
parametrium ka: soepel, mass (-), nyeri (-).
· Adnexa
parametrium ki: soepel, mass (-), nyeri (-).
· Cavum douglas:
tidak menonjol.
e.
Terapi yang
didapat:
· Premaston: 2x1
tablet.
· Mefenamic acid
3x500 mg.
· Bed rest, KIE,
Kontrol 1 bulan lagi atau ada keluhan.
3.1.7
Data Tambahan :
· Ibu sangat
menginginkan anak dan berharap kandungannya bisa diselamatkan.
· Ibu menyakan
apakah kondisi janinnya baik.
· Saat dilakukan
pemeriksaan, ibu tampak gelisah, ekspresi wajah tegang dan postur tubuh kaku
dan tegang.
3.1.8
Analisa Data
Data
|
Etiologi
|
Patofisiologi
|
Masalah
|
||||||||||||
S:
Ibu mengatakan keluar darah dari kemaluan sejak tadi pagi, perut bagian bawah
dirasakan mules, Ibu mengatakan tidak
nyeri waktu dilakukan periksa dalam.
O:
Ibu hamil 18-20 minggu, TFU 2 jbpst, djj: 12-12-12, kontraksi tidak ada,
gerakan janin aktif, fleks (+), fluxus (-). VT: ditemukan porsio tertutup,
TD: 120/80 mmHg, N: 88 x/mnt, RR: 16 x/mnt.
|
Penurunan
suplay O2 dan nutrisi ke jaringan plasenta skunder terhadap
terlepasnya separasi plasenta.
|
Implantasi
plasenta di endometrium lepas.
Suplay
O2 dan nutrisi ke jaringan plasenta terputus
Janin
kekurangan O2 dan nutrisi
![]()
Gawat
janin (Hipoksia)
Kematian
janin intra uteri/abortus
|
Resiko
terjadi gawat janin intra uteri (hipoksia).
|
||||||||||||
S:
Ibu mengatakan sangat khawatir dengan perdarahan yang dialami, ibu
bertanya-tanya mengenai keselamatan bayi yang dikandungnya. Ibu mengatakan
sangat ingin punya bayi dan ini adalah kehamilan yang pertama.
O:
Ibu tampak gelisah, saat dilakukan pemeriksaan ibu banyak bertanya kepada
petugas. Ekspresi wajah ibu tampak tegang, postur tubuh saat dilakukan
pemeriksaan kaku dan tegang.
|
Krisis
situasi (perdarahan dan ancaman terhadap keselamatan bayi yang dikandungnya).
|
Perdarahan
Perubahan
respon psikologis ibu
Maladaptif
Cemas
meningkat
|
Ansietas.
|
||||||||||||
S:
Ibu banyak bertanya tentang kemungkinan bayi dapat diselamatkan. Ibu juga
bertanya tentang pantangan yang harus dilakukan supaya bayinya selamat. Ibu
berkali-kali mengatakan sangat ingin punya bayi.
O:
Ibu banyak bertanya kepada petugas dan mahasiswa. Pendidikan ibu SMA, ibu
tidak bekerja. Ibu baru menikah 6 bulan, ini adalah kehamilan pertama dan usia ibu 23 tahun.
|
Kurang
informasi.
|
Kurang
informasi mengenai penyakit, prognosis, kebutuhan pengobatan
Ketidakmampuan
mengenal informasi
Ketidaktahuan
tentang kondisi dan pengobatan.
Tidak
taat terhadap program pengobatan.
Program
pengobatan tidak berhasil.
|
Defisit
knowledge (kebutuhan belajar) mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan
pengobatan.
|
3.1.9
Diagnosa
Keperawatan
1. Resiko
terjadi gawat janin intra uteri (hipoksia) b/d penurunan suplay O2
dan nutrisi ke jaringan plasenta skunder terhadap terlepasnya separasi
plasenta.
Data penunjang:
S: Ibu mengatakan keluar darah dari
kemaluan sejak tadi pagi, perut bagian bawah dirasakan mules, Ibu mengatakan
tidak nyeri waktu dilakukan periksa dalam.
O: Ibu hamil 18-20 minggu, TFU 2 jbpst,
djj: 12-12-12, kontraksi tidak ada, gerakan janin aktif, fleks (+), fluxus (-).
VT: ditemukan porsio tertutup, nyeri tidak ada, TD: 120/80 mmHg, N: 88 x/mnt,
RR: 16 x/mnt.
2. Ansietas
b/d krisis situasi (perdarahan dan ancaman terhadap keselamatan bayi yang
dikandungnya).
Data penunjang:
S: Ibu mengatakan sangat khawatir denagn
perdarahan yang dialami, ibu bertanya-tanya mengenai keselamatan bayi yang
dikandungnya. Ibu mengatakan sangat ingin punya bayi dan ini adalah kehamilan
yang pertama.
O: Ibu tampak gelisah, saat dilakukan
pemeriksaan ibu banyak bertanya kepada petugas. Ekspresi wajah ibu tampak
tegang, postur tubuh saat dilakukan pemeriksaan kaku dan tegang.
3. Defisit
knowledge (kebutuhan belajar) mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan
pengobatan b/d kurang informasi.
Data penunjang:
S: Ibu banyak bertanya tentang
kemungkinan bayi dapat diselamatkan. Ibu juga bertanya tentang pantangan yang harus dilakukan supaya bayinya
selamat. Ibu berkali-kali mengatakan sangat ingin punya bayi.
O: Ibu banyak bertanya kepada petugas
dan mahasiswa. Pendidikan ibu SMA, ibu tidak bekerja. Ibu baru menikah 6 bulan,
ini adalah kehamilan pertama dan usia ibu 23 tahun.
|
PEMBAHASAN
Setelah mempelajari konsep teori asuhan keperawatan
pada ibu dengan gangguan sistem reproduksi yaitu kehamilan dengan abortus, maka
berdasarkan pengamatan dan asuhan yang telah diberikan, ada beberapa hal yang
perlu menjadi pembahasan yaitu:
4.1 Pengkajian
Prinsip yang harus diperhatikan
dalam melakukan pengkajian pada ibu hamil dengan abortus adalah melakukan
pengkajian secara lengkap dan sistematis sehingga dalam merumuskan data fokus
yang menjadi permasalahan pasien dapat lebih mudah. Namun hal tersebut agak
sulit dilakukan mengingat mobilitas pasien yang datang berkunjung ke poliklinik
sangat tinggi sehingga untuk mendapatkan data yang lengkap dan sistematis pun
sulit untuk didapatkan. Sementara pasien datang berkunjung sudah siang (pukul
12.30 WIB) sehingga data pun terkumpul seadanya sesuai dengan data fokus yang
cenderung timbul pada ibu hamil pertama dengan kasus abortus.
4.2 Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan teori asuhan
keperawatan mengenai ibu dengan abortus, dalam merumuskan diagnosa keperawatan
ada beberapa kendala yang kami hadapi, yaitu tidak adanya literatur mengenai
asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan abortus sehingga perumusan diagnosa
keperawatan diadopsi dari beberapa literatur yang ada yang disesuaikan dengan
permasalahan yang mungkin timbul.
Sementara dari 7 diagnosa
keperawatan yang mungkin timbul pada ibu hamil dengan abortus, hanya 3 diagnosa
keperawatan yang diangkat dengan alasan:
1. Pengkajian
yang dilakukan hanya sesaat pada saat pasien datang dan pengkajian dilakukan
dengan lebih memfokuskan pada permasalahan yang ditemukan oleh mahasiswa yang
dihadapi oleh ibu pada saat datang berkunjung.
2. Beberapa
diagnosa keperawatan seperti nyeri, resiko defisit volume cairan, kelemahan dan
resiko terjadi infeksi tidak diangkat karena data yang menunjang terhadap
timbulnya diagnosa tersebut tidak ditemukan.
|
4.3 Rencana Intervensi dan Rasional
Pada perumusan rencana intervensi
keperawatan, mahasiswa merumuskan rencana intrevensi sesuai dengan kondisi
pasien yang datang berkunjung ke poliklinik dan perencanaan yang memungkinkan
untuk dilakukan implementasi dan evaluasi keperawatan.
Tidak semua perencanaan yang ada
dalam konsep teori dapat diangkat dalam kasus karena mengingat kontak waktu
mahasiswa dengan pasien sangat terbatas sehingga hanya perencanaan yang mungkin
untuk diangkat yang kami utamakan.
4.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi yang dapat dilakukan
pada kasus lebih banyak terfokus pada KIE dengan harapan pasien dapat
menerapkan anjuran dan petunjuk yang diberikan di rumah secara taat. Hanya
dalam pelaksanaan tersebut mahasiswa melakukan beberapa pengulangan untuk
mendapatkan keyakinan bahwa pasien memang sudah mengerti dengan penjelasan yang
diberikan sehingga evaluasi pundapat lebih mudah dilakukan.
4.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi yang dilakukan hanya
evaluasi tindakan pada saat itu juga mengingat sifat kunjungan pasien adalah
rawat jalan sehingga monitoring selanjutnya tidak dapat dilakukan. Sehingga
untuk evaluasi kunjungan berikutnya diserahkan kepada petugas poliklinik.
|
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Ada beberapa kesimpulan yang penulis temukan dalam
melaksanakan asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan kasus abortus yaitu:
1. Pemantauan
secara teratur pada ibu hamil pertama (primigravidarum) terutama pada trimester
I kehamilan sangatlah penting. Mengingat ibu primigravida cenderung mengalami
gangguan dalam proses kehamilannya seperti misalnya abortus dalam kehamilan
yang akan sangat berpengaruh terhadap psikologis ibu yang tentunya sangat
berharap keselamatan bayinya dapat dipertahankan.
2. Asuhan
keperawatan pada ibu hamil dengan abortus hendaknya dilakukan secara
komprehensif meliputi seluruh aspek bio – psiko – sosial dan spiritual karena
kenyamanan psikologis ibu sangat berpengaruh terhadap kondisi janin yang
dikandungnya.
5.2 Saran
Ada beberapa saran yang dapat penulis sampaikan
dalam upaya meningkatkan asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan abortus
yaitu: Kepada mahasiswa FKp yang sedang melaksanakan tahap profesi agar lebih
aktif dalam menerapkan asuhan keperawatan sesuai dengan konsep teori dan lebih
memperhatikan kondisi pasien sehingga pelaksanaan praktek keperawatan dapat
berjalan sesuai dengan target yang ingin dicapai.
0 Response to "SKRIPSI KEBIDANAN KEBIDANAN DALAM ARTI MENOLONG PERSALINAN "
Post a Comment