BAB I
PENDAHULUAN
A.
latar Belakang
Perkembangan Ilmu Pengetahuan danTeknologi (IPTEK), sumber daya manusia (SDM) menjadi unsur penentu dalam
mengisi kelangsungan hidup manusia. Untuk menghadapi
tantangan pada masa mendatang, pendidikan nasional dilaksanakan dengan tujuan
untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya. Upayameningkatkan kualitas manusia Indonesia
seutuhnya tidak hanya menjadi tugas dan tanggung jawab pakar, birokrat atau
politisi saja, melainkan juga menjadi tugas dan tanggung jawab guru dan orang
yang berkiprah di bidang pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itu, setiap
praktisi dan pemerhati bidang pendidikan dan pengajaran perlu memikirkan dan
mengambil langkah-langkah guna ikut berkiprah meningkatkan kualitas manusia Indonesia
seutuhnya, yakni dengan meningkatkan mutu pendidikan.
Peningkatan mutu pendidikan dimaksudkan dalam rangka mendukung
fungsi dan tujuan pendidikan nasional. Adapun fungsi dan tujuan pendidikan yang dimaksud menurut
Depdiknas (2003:5) adalah sebagai berikut:
“pendidikannasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab”.
Dalam konteks pendidikan dan pengajaran di
kelas, guru perlu memikirkan mutu pendidikan dengan jalan meningkatkan kualitas
dan intensitas proses belajar mengajar. Dengan perbaikan mutu pengajaran di
kelas, secara tidak langsung kita telah berusaha ikut meningkatkan kualitas
manusia Indonesia sebagai upaya meningkatkan SDM dalam menghadapi tantangan
masa depan di era global.
Guru memegang peranan yang sangat penting dalam proses belajar
mengajar. Dipundaknya terpikul tanggung jawab utama keefektifan seluruh usaha
kependidikan persekolahan. Seorang guru dituntut mempunyai kemampuan dalam
membawakan bahan pengajaran pada pelajaran.
Peranan guru yang diharapkan seakan kurang dikuasai sepenuhnya oleh
setiap guru dengan melihat beragamnya tanggapan dari masyarakat. Dari
masyarakat yang terkebelakang sampai yang paling maju mengakui bahwa guru
merupakan satu di antara sekian banyak unsur pembentuk utama calon anggota
masyarakat. Namun wujud pengajuan itu berbeda-beda antara satu masyarakat
dengan masyarakat yang lain. Sebagian mengakui bahwa guru dapat melaksanakan
tugasnya secara konkret, sementara di lain pihak masih menyangsikan kemampuan guru
dalam melaksanakan tugasnya sementara mereka mempunyai tanggung jawab yang
besar.
Kesangsian sebagian orang tua siswa terhadap kemampuan guru
kadang-kadang merasa cemas anak-anak mereka berangkat ke sekolah, karena masih
ragu dengan kemampuan guru dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari dalam
mengajar putra-putri mereka. Persepsi tersebut selayaknya menjadi pertimbangan
guru sehingga dapat memicu mereka untuk melaksanakan tugas dan fungsi yang
diembannya dengan baik serta peningkatan kinerja mengajar mereka dalam
kaitannya dengan misi peningkatan pengetahuan dan professionalisme guru.
Profesionalisme guru sesungguhnya tidak terpisah dari kinerja
organisasi sekolah. Maju mundurnya kinerja sekolah tidak lepas dari peran
anggotanya (guru) yang kemudian terakumulasi menjadi satu kerja yang melakukan
misi organisasi yakni tercapainya tujuan organisasi yang ditetapkan pada waktu
tertentu. Pencapaian tujuan organisasi tersebut dimaksudkan tidak terlepas dari
tanggung jawab guru. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu mengaplikasikan kompetensi
keguruan.
Kompetensi yang harus
dimiliki setiap guru diantaranya adalah kemampuan merencanakan dan melaksanakan
program pengajaran yang merupakan salah satu kriteria keberhasilan pendidikan
guru. Untuk mendapatkan gambaran mengenai hal tersebut maka perlu ada semacam
instrumen penilaian yang dapat mengungkapkan aspek-aspek keterampilan yang
sifatnya dasar dan umum.
Penerapan semua kompetensi
guru tidak akan terjadi kecuali jika guru berusaha menjadi lebih profesional. Guru
merupakan orang yang paling berperan penting dan banyak terlibat secara
langsung dalam proses mencerdaskan kehidupan bangsa. Peranan guru dalam
kegiatan belajar mengajar bukan hanya sebagai pentransfer ilmu, melainkan lebih
dituntut untuk dapat menyiapkan situasi belajar yang mampu mengiringi siswa
untuk mengamati, bertanya, melakukan percobaan, dan menemukan sendiri prinsip,
konsep, dan fakta dari hal yang mereka pelajari. Sesuai dengan sifat pengajaran
IPA, bukan mengutamakan mengembangkan produk, melainkan lebih mengutamakan
mengembangkan proses.
Sejalan dengan itu,
sebagai tenaga kependidikan, kualitas dan professional guru sebagai ujung
tombak keberhasilan pendidikan sangat dituntut. Sebagaimana yang dikemukakan
oleh Sujana (1991) yang menyatakan bahwa seorang guru adalah ujung tombak
pendidikan sebab guru secara langsung berupaya mempengaruhi, membina, dan
mengembangkan kemampuan siswa agar menjadi manusia yang cerdas, terampil, dan
bermoral tinggi.
Pelaksanaan tugas
mengajar dengan baik dalam pendidikan diharapkan dapat memenuhi tuntunan
pencapaian mutu pendidikan. Depag. RI. (2001:3) mendefinisikan mutu sebagai
ukuran, kadar, taraf, atau derajat, (kepandaian, kecerdasan dan sebagainya).
Berdasarkan definisi tersebut maka makna mutu jika dikaitkan dengan pendidikan
adalah lulusan (output)
lembaga pendidikan diharapkan memiliki standar yang integratif sehingga
diharapkan mampu menjadi tenaga yang dapat mengemban tugasnya dengan baik.
Keterampilan mengajar
merupakan suatu keterampilan yang menuntut latihan yang terprogram untuk dapat
menguasainya. Penguasaan terhadap keterampilan ini memungkinkan guru untuk
mampu mengelola kegiatan pembelajaran secara efektif. Keterampilan tersebut
bersifat generik yang berarti keterampilan ini perlu dikuasai oleh semua guru,
baik guru TK, SD, SLTP, SLTA maupun dosen perguruan
tinggi. Dengan pemahaman dan penguasaan keterampilan mengajar guru diharapkan
mampu meningkatkan kualitas proses pembelajaran, terutama dalam hal perencanaan
dan pelaksanaan proses mengajar.
Penilaian terhadap
perencanaan dan pelaksanaan proses mengajar sering diabaikan, setidak-tidaknya
kurang mendapat perhatian dibandingkan dengan penilaian hasil belajar, padahal
pendidikan tidak hanya berorientasi kepada hasil semata, tetapi juga kepada
perencanaan dan pelaksanaan pengajaran. Oleh sebab itu, penilaian terhadap
perencanan dan pelaksanaan dengan hasil belajar mengajar harus dilaksanakan
secara seimbang. Penilaian terhadap hasil cenderung melihat faktor siswa
sebagai penyebab kegagalan pendidikan, padahal tidak mustahil kegagalan siswa
itu disebabkan oleh lemahnya perencanaan dan pelaksanaan pengajaran, dimana
guru merupakan penanggungjawabnya.
Suatu fenomena menunjukkan bahwa guru-guru SMP Negeri di Kecamatan
Barau Kabupaten Luwu Timur dalam melaksanakan tugas profesinya sebagai pengajar
belum sepenuhnya menguasai dan menerapkan kompetensi sebagaimana layaknya
seorang guru. Guru pada SMP Negeri di Kecamatan Barau Kabupaten Luwu Timur belum
memperhatikan bagaimana cara belajar siswa untuk mencapai hasil yang diharapkan
sesuai dalam tuntunan pencapaian fungsi dan tujuan pendidikan.
Harapan yang diinginkan sesuai dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional
tidak akan tercapai kecuali dengan profesionalisme guru dalam melaksanakan
proses belajar mengajar, yaitu dapat membawa atau mengantar peserta didiknya
mengarungi ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memasuki masyarakat yang memiliki
ilmu pengetahuan dan teknologi dengan sangat kompetitif (Samani, 2003). Guru
dalam melaksanakan tugas bukan hanya pemenuhan ketelaksanaan tugas mengajar
tersebut tetapi perlu pula memperhatikan ketercapain kualitas dan impelementasi
dari kualitas dari materi pembelajaran itu. Di sini guru dituntut harus
memenuhi syarat profesinya.
Untuk mengetahui dan
mengungkapkan kemampuan guru dalam merencanakan dan melaksanakan pengajaran,
maka penulis bermaksud mengadakan penelitian terhadap kemampuan keterampilan
perencanaan dan pelaksanaan pengajaran guru Biologi SMP di Kecamatan Burau
Kabupaten Luwu Timur.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan
latar belakang di atas, maka masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut.
1.
Bagaimanakah deskripsi
keterampilan menyusun perencanaan pengajaran guru Biologi SMP di Kecamatan
Burau Kabupaten Luwu Timur.
2.
Bagaimanakah deskripsi
keterampilan melaksanakan pengajaran guru Biologi SMP di Kecamatan Burau Kabupaten Luwu Timur.
3.
Apakah ada hubungan antara
keterampilan menyusun perencanaan pengajaran dengan keterampilan melaksanakan
pengajaran guru Biologi SMP di Kecamatan Burau Kabupaten Luwu Timur.
C.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.
Untuk mengetahui deskripsi keterampilan
menyusun perencanaan pengajaran guru Biologi SMP di Kecamatan Burau Kabupaten
Luwu Timur.
2.
Untuk mengetahui deskripsi keterampilan
melaksanakan pengajaran guru biologi SMP di Kecamatan Burau Kabupaten Luwu
Timur.
3.
Untuk mengetahui adanya
hubungan antara keterampilan menyusun perencanaan pengajaran dengan
keterampilan melaksanakan pengajaran guru Biologi SMP di Kecamatan Burau
Kabupaten Luwu Timur.
D.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1.
Bagi Kepala Sekolah, informasi
yang diperoleh dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan dalam melakukan
fungsi pengawasan terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar yang dilakukan
oleh guru Biologi, khususnya dalam pelaksanaan supervisi pendidikan.
2.
Bagi Guru, utamanya guru mata
pelajaran Biologi, tentang pentingnya penguasaan dan pelaksanaan keterampilan
merencanakan dan melaksanakan pengajaran yang tak lain adalah untuk
meningkatkan mutu pendidikan.
3.
Bagi peneliti, merupakan
masukan dan referensi untuk penelitian selanjutnya yang akan mengadakan
penelitian yang sama.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR
A.
Tinjauan Pustaka
1.
Profesi dan Tanggung
Jawab Guru
a. Gambaran Seorang Guru
Kalau kita layangkan
sejenak pikiran kita ke dalam sebuah kelas, dimana sedang berlangsung
pengajaran maka akan kita lihat seorang guru sedang mengajar. Setiap akan
mengajar, seorang guru perlu membuat persiapan mengajar dalam rangka
melaksanakan sebagian dari rencana bulanan dan rencana tahunan. Dalam persiapan
itu sudah terkandung tentang : tujuan mengajar, pokok yang akan diajarkan,
metode mengajar, bahan pelajaran, alat peraga, dan teknik evaluasi yang akan
digunakan (Hamalik, 2001).
Menjadi seorang guru
bukanlah pekerjaan yang mudah, seperti yang dibayangkan oleh sebagian orang,
dengan bermodal penguasaan materi dan menyampaikannya kepada siswa sudah cukup.
Hal ini belumlah dapat dikategorikan sebagai guru yang memiliki pekerjaan
professional.
Jabatan guru dikenal
sebagai suatu pekerjaan professional karena guru yang profesional, harus
memiliki berbagai keterampilan, kemampuan khusus, mencintai pekerjaannya,
menjaga kode etik guru dan sebagainya. Guru professional harus menguasai betul
tentang seluk-beluk pendidikan dan pengajaran serta ilmu-ilmu lainnya. Tambahan
lagi dia telah mendapatkan pendidikan khusus untuk menjadi guru dan memiliki
keahlian khusus yang diperlukan untuk jenis pekerjaan ini maka sudah dapat
dipastikan bahwa hasil usahanya akan lebih baik (Yamin, 2007).
b.
Peranan Guru
Mengajar merupakansuatu seni untuk mentransfer pengetahuan,
keterampilan dan nili-nilai yang diharapkan oleh nilai-nilai pendidikan. Dengan
demikian, guru sebagai suatu profesi mempunyai beberapa peranan yang harus
dikuasai, yang dapat diuraikan sebagai berikut.
1)
Guru Sebagai Pengajar
Tugas guru adalah memberikan pelajaran di sekolah. Ia menyampaikan
pelajaran agar siswa dapat memahami sedalam-dalamnya pengetahuan yang akan
menjadi tanggung jawabnya dan menguasai dengan baik metode dan teknik belajar
(Hamalik, 2001).
2)
Guru sebagai pendidik
Guru adalah pendidik yang menjadi tokoh dan panutan bagi para
peserta didik dan lingkungannya. Oleh karena itu guru harus memiliki standar
kualitas pribadi tertentu yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan
disiplin (Mulyasa, 2005).
3)
Guru sebagai pembimbing
Guru
berkewajiban memberikan bantuan kepada siswa agar mereka mampu menemukan
masalahnya sendiri dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Pembimbing
yang terdekat dengan peserta didik adalah gurunya (Hamalik, 2001).
4)
Guru sebagai pemimpin
Peranan sebagai pembimbing menurut kualifikasi tertentu seperti
kesanggupan menyelenggarakan kepemimpinan, antara lain merencanakan,
melaksanakan, mengoganisasi, mengkoordinasi kegiatan, mengontrol, dan melihat
sejauh mana rencana telah terlaksana. Selain itu, guru juga dapat menjalin
hubungan sosial, kemampuan berkomunikasi, ketabahan, humor, tegas, dan bijaksana
(Hamalik, 2001).
5)
Guru sebagai pelatih dan
penasehat
Guru harus berperan sebagai pelatih yang bertugas melatih peserta didik
dalam pembentukan kompetensi materi standar juga memperhatikan perbedaan
individual anak dan lingkungannya. Guru adalah penasehat bagi peserta didik,
bahkan bagi orang tua, sehingga guru harus mampu memahami psikologi kepribadian
dan ilmu kesehatan mental (Mulyasa, 2005).
6)
Guru sebagai evaluator
Dalam satu kali
proses belajar mengajar, guru hendaknya menjadi seorang evaluator yang baik.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan
telah tercapai atau belum, dan apakah materi yang telah diajarkan sudah cukup
tepat melalui kegiatan evaluasi (Usman, 1995).
7)
Guru sebagai ilmuwan
Guru
dipandang sebagai orang yang paling berpengetahuan sehingga guru wajib
mengembangkan pengetahuannya dan terus memupuknya seperti dengan cara belajar
sendiri, mengadakan penelitian, melakukan kursus, mengarang buku, atau membuat
tulisan ilmiah.
8)
Guru sebagai mediator dan
fasilitator
Guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahamn yang cukup tentang media pendidikan karena
media pendidikan merupakan alat komunikasi yang dapat lebih mengeefektifkan
proses belajar mengajar. Sebagai fasilitator guru hendaknya mampu mengusahakan
sumber belajar yang berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses
belajar mengajar (Usman, 2007).
9)
Guru sebagai pribadi
Guru
dituntut memiliki sifat yang disenangi oleh siswa, masyarakat, dan orang tua.
Tegasnya bahwa guru memiliki sifat-sifat pribadi yang disenangi oleh pihak
luar, baik untuk kepentingan jabatannya maupun kepentingan dirinya sebagai
warga negara (Hamalik, 2001).
10)
Guru sebagai penghubung
Sekolah berdiri di
dua lapangan, yakni di satu pihak mengembangkan tugas menyampaikan informasi,
ilmu, teknologi, kebudayaan, dan di lain pihak ia bertugas menampung aspirasi,
masalah, kebutuhan, minat, dan tuntutan masyarakat dengan guru sebagi
pelaksana. Banyak cara dilakukan oleh guru seperti public relation, buletin, pameran, dan kunjungan ke masyarakat (Hamalik,
2001).
11) Guru sebagai pembaharu
Guru memegang
peranan sebagai pembaharu, oleh karena melalui kegiatan guru penyampaian ilmu
dan teknologi, contoh-contoh yang baik dan lain-lain, maka akan menamakan jiwa
pembaharuan di kalangan murid (Mulyasa, 2005).
12)
Guru sebagai pembangun
Guru
baik secara pribadi maupun sebagai profesional dapat menggunakan kesempatan
yang ada untuk membantu berhasilnya rencana pembangunan masyarakat seperti KB,
koperasi, dan sebagainya (Hamalik, 2001).
c.
Tanggung Jawab Guru
Guru dengan berbagai peranannya sebagaimana telah
dikemukakan di atas juga memiliki berbagai tanggung jawab. Beberapa tangggung
jawab tersebut, menurut Hamalik (2001), antara lain sebagai berikut.
1)
Guru harus menuntun murid-murid
belajar agar mereka memperoleh keterampilan, pamahaman, perkembangan berbagai
kemampuan, kebiasaan yang baik, dan perkembangan sikap yang serasi, dengan
mempelajari tiap murid di kelasnya, merencanakan bahan ajar yang akan/telah
diberikan, memilih dan mengunakan metode mengajar yang sesuai, menyediakan
lingkungan belajar yang serasi, membantu murid menyelesaikan masalahnya,
mengadakan hubungan dengan orang tua dan masayarakat.
2)
Turut serta membina kurikulum
sekolah, karena seseungguhnya guru merupakan key person yang paling mengetahui tentang kebutuhan kurikulum yang
sesuai dengan tingkat perkembangan murid. Karena itu, sewajarnya dia turut
aktif dalam pembinaan kurikulum di sekolahnya.
3)
Melakukan pembinaan terhadap
diri siswa (kepribadian, watak, jasmaniah) dengan perlu menyediakan kesempatan
pada siswa untuk mengalami dan menghayati situasi yang hidup dan nyata. Selain
itu, tingkah laku, watak dan kepibadian guru akan menjadi contoh konkret bagi
murid.
4)
Memberikan bimbingan kepada
murid agar mereka mampu mengenal dirinya, memecahkan masalahnya sendiri, mampu
menghadapi kenyataan dan memiliki stamina emosional yang baik, sehingga guru
harus memahami masalah bimbingan belajar, bimbingan pendidikan, pribadi dan
terampil dalam penyuluhan yang tepat.
5)
Menyelenggarakan penelitian
yang kontinyu dan intensif.
6)
Mengenal masyarakat sehingga
guru dapat mengenal siswa dan menyesuaikan pelajarannya secara efektif. Serta
turut aktif dalam kegiatan masyarakat agar guru mendapat peluang baik untuk menjelaskan
keadaan sekolah dan masyarakat memikirkan kemauan pendidikan anak-anaknya.
7)
Turut serta membantu
terciptanya kesatuan dan persatuan bangsa dan perdamaian dunia dengan
pengenalan, pemahaman yang cermat, maka akan tumbuh persatuan dan kesatuan
bangsa serta kesatuan internasional dalam diri siswa.
Guru bertanggung jawab melaksanakan kegiatan pendidikan
di sekolah dalam arti memberikan bimbingan dan pengajaran kepada para siswa.
Tanggung jawab ini direalisasikan dalam bentuk melaksanakan pembinaan
kurikulum, menuntun para siswa belajar, membina pribadi, watak, dan jasmaniah
siswa, menganalisis kesulitan belajar, serta menilai kemajuan belajar para
siswa (Hamalik, 2002).
Para ahli pendidikan mengemukakan bahwa pekerjaan guru tidak dapat
dipegang oleh sembarang orang tanpa memiliki keahlian dalam bidang kependidikan
dan keguruan. Profesi guru bukan saja menuntut dan mengisyaratkan pentingnya
kepribadian yang baik, tetapi juga pentingnya kompetensi profesional, yakni
berupa keterampilan mengajar dan mendidik (Hamalik, 2002).
2.
Keterampilan
Merencanakan Pengajaran
Salah satu hal yang
memegang peranan penting bagi keberhasilan pengajaran, adalah proses
pelaksanaan pengajaran. Pelaksanaan pengajaran yang baik, sangat dipengaruhi
oleh perencanaan yang baik pula. Agar pelaksanaan pengajaran berjalan efisien
dan efektif maka diperlukan perencanaan yang tersusun secara sistematis, dengan
proses belajar mengajar yang lebih bermakna dan mengaktifkan siswa serta
dirancang dalam suatu skenario yang jelas (Ibrahim, 2003).
Guru yang baik akan
berusaha sedapat mungkin agar pengajarannya berhasil. Salah satu factor yang
dapat membawa keberhasilan tersebut adalah guru tersebut senantiasa membuat
perencanaan mengajar sebelumnya. Adapun fungsi perencanan pengajaran adalah
memeberi guru pemahaman yang jelas tentang tujuan pendidikan sekolah dan hubungannya
dengan pengajaran yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan tersebut, membantu
guru memperjelas pemikiran tentang sumbangan pengajaran terhadap pencapaian
tujuan pendidikan, menambah keyakinan guru atas nilai-nilai pengajaran yang
diberikan dan prosedur yang digunakan, membantu guru dalam rangka mengenal
kebutuhan-kebutuhan siswa, minat-minat siswa dan mendorong motivasi belajar,
mengurangi kegiatan yang bersifat trial
dan error dalam mengajar dengan
adanya organisasi kurikuler yang lebih baik, metode yang tepat dan menghemat
waktu, siswa-siswa akan menghormati guru yang dengan sungguh-sungguh
mempersiapkan diri untuk mengajar sesuai dengan harapan mereka, memberikan
kesempatan bagi guru untuk memajukan pribadinya dan perkembangan
profesionalnya, membantu guru memelihara kegairahan mengajar dan senantiasa
memberikan bahan-bahan yang up to date
kepada siswa (Hamalik, 2001).
Perencanaan pengajaran
yang dipersiapkan oleh guru pada dasarnya berfungsi antara lain: menentukan
arah kegiatan pengajaran, memberi isi dan makna tujuan, menentukan cara
bagaimana mencapai tujuan yang ditetapkan, mengukur seberapa jauh tujuan itu
telah tercapai dan tindakan apa yang harus dilakukan apabila tujuan belum
tercapai (Nurdin dan Basyruddin, 2003).
Penyusunan rencana
pengajaran secara umum perlu memperhatikan tujuan pembelajaran, kegiatan
belajar mengajar, dan penilaian. Penyusunan rencana pengajaran meliputi
langkah-langkah berikut: mempelajari susunan program dan GBPP, mempelajari
kalender kependidikan, memperhatikan jadwal pelajaran, mengkaji dan
mengembangkan materi, serta memperhatikan sasaran pendekatan, menjabarkan
tujuan pembelajaran menjadi tujuan pembelajaran khusus, menentukan metode
pengajaran, menyusun dan menata kegiatan belajar mengajar, menentukan alat dan bahan
pelajaran yang diperlukan, menentukan alokasi waktu, dan menetapkan cara
penilaian (Aqib, 2002).
Salah satu model
perencanaan pengajaran adalah model J.E Kemp (1977), dimana perencanaan
pengajaran menurut model ini antara lain: (1) menentukan tujuan pembelajaran
secara umum untuk masing-masing pokok bahasan, (2) menganalisis karakteristik
peserta didik untuk mengetahui latar belakang
pendidikan, sosial, serta untuk menentukan langkah-langkah yang perlu
diambil, (3) menentukan tujuan pembelajaran khusus untuk membantu dalam
menentukan materi dan evaluasi, (4) menentukan materi pelajaran yang harus
disesuaikan dengan TIK/TPK, (5) menetapkan tes awal untuk mengetahui sejauh
mana peserta didik telah memenuhi persyaratan belajar yang diperlukan untuk
mengikuti program pengajaran, (6) menentukan strategi belajar mengajar yang
harus sesuai dengan tujuan pembelajaran khusus, (7) mengkoordinasi sarana
penunjang, yang meliputi tenaga fasiliotas, alat, waktu, dan tenaga, (8) dan mengadakan
evaluasi (Harjanto, 1997).
Persiapan mengajar
disusun berdasarkan rencana caturwulanan, persiapan ini disesuaikan dengan
jadwal pelajaran. Isi persiapan mengajar sekurang-kurangnya memuat caturwulanan
dan tanggal, pokok bahasan dan sub pokok bahasan, tujuan pembelajaran umum dan
tujuan pembelajaran khusus, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, dan
penilaian (Aqib, 2002).
Berhasil atau tidaknya
kurikulum pendidikan yang telah direncanakan atau ditetapkan, kuncinya adalah
terletak pada proses belajar mengajar sebagai ujung tombak dalam mencapai
sasaran. Oleh karena itu, proses belajar mengajar yang terencana, terpola, dan
terprogram secara baik dan sesuai dengan rambu-rambu yang ada dalam GBPP
merupakan ciri dan indikator keberhasilan pelaksanaan kurikulum (Nurdin dan
Basyruddin, 2003).
3.
Keterampilan
Melaksanakan Prosedur Pengajaran
Dalam upaya
peningkatan proses belajar mengajar, selain dapat merencanakan program
pengajaran, seorang guru juga harus memiliki kemampuan dasar dalam melaksanakan
dan mengembangkan tugas profesinya. Kemampuan dasar tersebut tidak lain adalah
kompetensi keguruan (Sudjana, 1988).
Menurut Wijaya dan Tabrani (1991), keterampilan guru
yang diwujudkan dalam kemampuan mengelola pengajaran dapat dirasakan dan
dipantau oleh siswa dalam bentuk-bentuk antara lain : (1) siswa dapat mengikuti
penyajian materi oleh guru, (2) penyajian bahan tidak terlalu cepat, (3)
contoh-contoh dan soal-soal pelatihan diberikan secara cukup, (4) guru membantu
siswa mengingat pelajaran-pelajaran yang pernah diperoleh, (5) guru berusaha menjawab
pertanyaan siswa seandainya siswa belum mengerti, (6) guru membahas soal-soal
pelatihan (tes) yang tidak dapat diselesaikan oleh siswa.
Pada umumnya, kegiatan
pelajaran di kelas dimulai dengan guru melakukan kegiatan rutin seperti
menertibkan siswa, mengisi daftar hadir, menyampaikan pengumuman, menyuruh
menyiapkan alat-alat pengajaran dan buku yang akan digunakan, kemudian diakhiri
dengan memberikan tugas rumah. kegiatan-kegiatan tersebut memang harus
dikerjakan oleh guru, tetapi bukan merupakan pengajaran yang sebenarnya.
Proses pengajaran yang
akan dilakukan oleh seorang guru haruslah dapat menciptakan suasana siap mental
dan dapat menimbulkan perhatian siswa agar terpusat pada hal-hal yang akan
dipelajari. Untuk menimbulkan perhatian siswa terhadap hal-hal yang akan
dipelajari, maka seorang guru harus dapat menimbulkan rasa ingin tahu siswa,
membangkitkan motivasi siswa, memvariasikan gaya mengajar, menggunakan berbagai media
pendidikan, memberi penguatan, dan memvariasikan pola interaksi belajar mengajar.
Berbagai cara dapat
digunakan oleh guru untuk menarik perhatian siswa antara lain sebagai berikut.
a.
Untuk menarik perhatian siswa,
dapat diusahakan penggunaan gaya
mengajar yang bervariasi.
b.
Untuk menarik perhatian siswa
dapat digunakan berbagai macam media pengajaran seperti model, skema, gambar
dan sebagainya. Dengan pemilihan dan penggunaan media yang tepat, guru dapat
memperoleh beberapa keuntungan, yaitu siswa tertarik perhatiannya, timbul
motivasinya untuk belajar, dan terjadi kaitan antara hal-hal yang telah
diketahuinya dengan hal-hal baru yang akan dipelajari.
c.
Agar siswa selalu tertarik dan
memusatkan perhatiannya pada pelajaran, guru dapat menggunakan berbagai macam
pola interaksi yang bervariasi, misalnya guru berdemonstrasi dan siswa mengamati,
guru menerangkan dan mengajukan pertanyaan, siswa menyimak dan menjawab
pertanyaan.
Menurut Hasibuan
(1999), ada beberapa aspek yang dapat dilakukan dalam pelaksanaan pengajaran,
diantaranya sebagai berikut.
1)
Menarik pehatian siswa, usaha
yang dapat dilakukan antara lain, gaya
mengajar yang bervariasi, penggunaan media pengajaran, dan pola interaksi yang
bervariasi.
2)
Menimbulkan motivasi, dapat
dikerjakan dengan cara menunjukkan kehangatan dan keantusiasan, menimbulkan
rasa ingin tahu, mengemukakan ide-ide yang bertentangan serta memperhatikan
minat siswa.
3)
Memberikan acuan, merupakan
usaha memberikan gambaran yang jelas kepada siswa mengenai hal-hal yang akan
dipelajari dengan cara mengemukakan secara spesifik dan singkat serangkaian
alternatif yang relevan. Usaha-usaha tersebut antara lain: mengemukakan tujuan dan
batas-batas tugas, menerangkan langkah-langkah yang akan dilakukan,
mengingatkan maslah pokok yang akan dibahas, dan mengajukan pertanyaan.
4)
Membuat kaitan, dimana bahan
pengait sangat penting digunakan bila guru ingin memulai pelajaran yang baru.
Beberapa usaha yang dapat dilakukan oleh guru antara lain: membuat kaitan
antara aspek-aspek yang relevan dengan mata pelajaran yang dikenal siswa atau
guru membandingkan atau mempertentangkan pengetahuan baru dengan pengetahuan
yang telah diketahui oleh siswa.
5)
Memberikan penguatan yang
diartikan sebagai tingkah laku guru dalam merespon secara positif suatu tingkah
laku tertentu siswa yang memungkinkan tingkah laku tersebut timbul kembali.
Memberikan penguatan merupakan tingkah laku yang mudah diucapkan tetapi sukar
dilakukan. Kegiatan memberikan penghargaan atau pengutan dalam proses belajar
mengajar dalam kelas jarang sekali dilaksanakan oleh guru.
Usaha yang dapat
dilakukan seorang guru pada saat proses pengajaran akan berakhir adalah membuat
rangkuman pelajaran yang sudah disampaikan, menyuruh siswa membuat ringkasan
bahan pelajaran yang sudah dipelajari, dan mengadakan evaluasi tentang bahan
pengajaran yang baru diberikan.
Jika guru berhasil
melaksanakan proses pengajaran dengan baik, maka dengan selesainya proses
belajar mengajar, siswa benar-benar memperoleh pengetahuan yang bulat (utuh)
sebagai hasil kegiatan belajar yang telah dilakukan.
B.
Kerangka Pikir
Cara menyampaikan
pengetahuan yang paling tepat adalah dengan jalan menuangkan ilmu pengetahuan
pada anak didik dan tentu saja melalui keterampilan-keterampilan yang kompeten
untuk diterapkan dalam suatu pembelajaran. Dalam hal ini, peranan guru sebagai
pelaksana proses belajar mengajar menjadi dominan. Guru dipandang sebagai orang
yang paling tahu dan pandai dalam segala hal. Hal yang demikian menuntut guru
untuk lebih memperhatikan apa yang akan diberikan pada anak didiknya, agar
tercipta proses belajar mengajar yang efektif dan tentu saja bermutu. Untuk
melaksanakan tugasnya secara baik sesuai dengan profesi yang dimilikinya,
seorang guru perlu menguasai berbagai hal sebagai kompetensi yang harus
dimiliki.
Keterampilan mengajar
merupakan bentuk keterampilan yang harus diketahui, dikuasai dan senantiasa
diterapkan dalam proses belajar mengajar. Karena hal ini tentu saja akan berdampak
pada kualitas belajar siswa serta kepercayaan masyarakat terhadap sosok guru
dan sekolah serta sistem pendidikan. Karena itu, guru yang baik senantiasa dituntut
untuk dapat membuat perencanaan pengajaran dengan baik sebelum melaksanakan
pengelolaan prosedur pengajaran yang sesungguhnya.
Guru yang memiliki
kualitas keterlaksanaan tugas mengajar adalah guru yang melaksanakan tugas
mengajar dalam proses belajar mengajar sesuai tuntutan kompetensi mengajar.
Indikatornya adalah (1) segala aktivitas dan tanggung jawab guru dalam menyusun
pembelajaran dalam kaitannya dengan siswa pada interaksi belajar, seperti:
merumuskan tujuan pembelajaran umum, menentukan metode mengajar, menentukan
langkah-langkah mengajar, menentukan cara-cara memotivasi siswa, menyusun bahan
pengajaran dengan berpedoman pada kurikulum, memilih bahan pengajaran bidang
studi sesuai dengan karakteristik siswa, menyusun bahan pengajaran sesuai
dengan taraf berpikir siswa, mengatur tempat duduk sesuai dengan strategi yang
digunakan, menentukan alokasi penggunaan waktu belajar mengajar, menentukan
cara mengorganisasi siswa agar terlibat secara aktif dalam proses belajat
mengajar, menentukan pengembangan alat pengajaran, menentukan media pengajaran,
menentukan sumber pengajaran, merencanakan bermacam-macam bentuk dan prosedur
penilaian, dan membuat alat penilaian hasil belajar; dan (2) melaksanakan
proses pembelajaran seperti: menyampaikan bahan pengait atau apresiasi, memotivasi
siswa untuk melibatkan diri dalam kegiatan belajar mengajar, menyampaikan bahan,
memberi contoh, menggunakan alat/ media pengajaran, memberi kesempatan kepada
siswa untuk terlibat secara aktif, memberi kekuatan, mengatur penggunaan waktu,
mengorganisasi siswa, mengatur dan memanfaatkan fasilitas belajar, melaksanakan
penilaian selama proses belajar mengajar berlangsung, menyimpulkan materi
pelajaran, dan memberi tindak lanjut.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif
yang dilaksanakan melalui observasi untuk mengetahui deskripsi keterampilan
perencanaan dan pelaksanaan pengajaran guru Biologi SMP di Kecamatan Burau
Kabupaten Luwu Timur.
B. Variable Penelitian
Variabel dalam penelitian ini ada dua, yaitu perencanaan
pengajaran dan pelaksanaan pengajaran.
C. Defenisi Operasional
Variabel
Untuk memberikan gambaran tentang variabel yang akan
diteliti, maka secara operasional didefinisikan sebagai berikut :
1.
Perencanaan pengajaran yaitu
persiapan mengajar yang telah disusun dalam bentuk Rencana Pelaksanaan
Pengajaran (RPP). Aspek yang dinilai adalah kesesuaian antara komponen-komponen
yang ada di dalamnya.
2.
Pelaksanaan pengajaran yaitu
tindakan guru dalam melaksanakan rencana pengajaran. Artinya usaha guru dalam
melaksanakan beberapa variabel pengajaran (tujuan, metode, sumber belajar,
serta media).
D. Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh guru mata
pelajaran Biologi yang mengajar di SMP dalam wilayah Kecamatan Burau Kabupaten Luwu
Timur Tahun Ajaran 2007/2008 dengan jumlah guru mata pelajaran Biologi 10 orang
yang terbagi di 3 sekolah. Secara lengkap populasi tersebut dapat dilihat pada
table 1 berikut.
Tabel
1. Daftar Nama Sekolah serta Jumlah Guru
No.
|
Nama Sekolah
|
Jumlah Guru Biologi
|
1.
|
SMP Negeri 1 Burau
|
5
|
2.
|
SMP Negeri 2 Burau
|
3
|
3.
|
SMP Negeri 3 Burau
|
2
|
E. Tempat dan Waktu
Penelitian
Penelitian ini diadakan di SMP 1, SMP 2 dan SMP 3 di
wilayah Kecamatan Burau Kabupaten Luwu Timur selama 2 bulan yaitu bulan Maret
s/d April semester genap tahun ajaran 2007/2008.
F. Prosedur Kerja
1.
Tahap Persiapan
a.
Mengurus surat izin penelitian dari lembaga Penelitian
UNM Makassar untuk diteruskan ke lokasi penelitian.
b.
Mengurus surat rekomendasi dari Kesbang Kabupaten Luwu
Timur dan membawanya ke setiap sekolah yang dijadikan tempat penelitian.
c.
Peneliti menghubungi kepala
sekolah tempat mengadakan penelitian dan meminta izin mereka untuk mengadakan
penelitian.
d.
Peneliti menghubungi para guru
bidang studi biologi SMP Negeri 1, SMP Negeri 2, dan SMP Negeri 3 Burau untuk
menentukan jadwal penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
a.
Peneliti menghubungi guru
biologi yang bersangkutan dan menjelaskan kepada mereka masalah yang akan diteliti.
b.
Mempersiapkan guru sebelum
mengajar dan agar dalam mengajar, guru dapat
mengaplikasikan keterampilan yang akan diteliti.
c.
Peneliti melakukan observasi
sesuai jadwal yang ditentukan dengan mengadakan dokumentasi foto guru dalam
mengajar dan merekam proses mengajarnya. Lembar observasi yang telah diisi
kemudian diperiksa dan diberi skor, setelah itu dianalisis berdasarkan rumus
yang telah ditentukan.
d.
Pemberian skor dilakukan
setelah komponen-komponen keterampilan terpenuhi.
G. Teknik Pengumpulan Data
Observasi dengan mengamati langsung guru mengajar yang
dilengkapi dengan lembar observasi sebagai instrumen penelitian dengan
keterampilan dasar mengajar sehingga dapat diketahui keterlaksanaannya apakah
sudah tepat atau tidak. Untuk memperoleh data dalam penelitian ini maka
dilaksanakan observasi terhadap sampel penelitian dan selanjutnya data
dilakukan pemberian skor dengan cara
data yang terkumpul dari observasi keterampilan mengadakan variasi mengajar
guru biologi SMP Negeri 1, SMP Negeri 2, dan SMP Negeri 3 Burau adalah data
yang bersifat kuantitatif yang berupa skor yang diberikan pada guru biologi
adalah skor dari setiap item yang terlaksana yaitu 5 (lima) jika semua butir
terpenuhi dan 4 (empat) jika hanya tiga butir yang terpenuhi, 3 (tiga) jika
hanya dua butir yang terpenuhi, 2 (dua) jika hanya satu butir yang terpenuhi
dan 1 (satu) jika tidak ada butir yang terpenuhi.
Tabel 2. Jadwal Pelaksanaan Observasi pada Populai
Sampel yang Diurut menurut Penyebarannya
No.
|
Nama Sekolah
|
Waktu Pelaksanaan Observasi
|
1.
2.
3.
|
SMP Negeri 1 Burau
SMP Negeri 2 Burau
SMP Negeri 3 Burau
|
29 dan 31 Maret – 1,2 dan 5 April 2008
7,8 dan 9 April 2008
3 dan 4 April 2008
|
H. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah
lembar observasi keterampilan merencanakan dan melaksanakan pengajaran yang
berisi 15 item untuk perencanaan pengajaran dan 13 item untuk pelaksanaan
pengajaran.
I.
Teknik Analisis Data
Data-data yang dihasilkan dianalisa dengan teknik
analisis statistik deskriptif dalam bentuk presentase dengan rumus sebagai
berikut:
Persentase (X) =
x 100%

Data yang diperoleh dalam penelitian ini
selanjutnya dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif. Teknik analisis data menggunakan
statistika deskriptif dimaksudkan untuk mendeskripsikan karakteristik data dari
setiap distribusi frekuensi skor setiap sasaran yang diukur sebagai jawaban
rumusan masalah. Analisis ini meliputi pengukuran tendensi sentral tentang
gambaran perencanaan pengajaran dan pelaksanaan pengakaran dengan menggunakan
rumus rerata, interval, distribusi frekuensi dan presentase. Untuk keperluan
deskriptif tersebut, maka data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan
program pengolahan data SPSS versi 12. Selanjutnya,
karakteristik data setiap
distribusi frekuensi skor setiap sasaran dikategorikan
dengan mengikuti format sebagai berikut.
Tabel 3. Tabel Pengkategorian
Tingkat Penerapan
|
Kategori
|
80 – 100
|
Sangat baik
|
66 – 79
|
Baik
|
56 – 65
|
Cukup
|
40 – 55
|
Kurang Baik
|
0 – 39
|
Tidak Baik
|
Sumber: Arikunto, 2006
NB : VERSI LENGKAPNYA SILAHKAN REQUEST DIKOLOM KOMENTAR , DAN TINGGALKAN ALAMAT E-MAIL SOBAT.....
0 Response to "SKRIPSI PENDIDIKAN BIOLOGI KETERAMPILAN GURU BIOLOGI SMP DI KECAMATAN BURAU KABUPATEN LUWU TIMUR "
Post a Comment