A. Latar Belakang
Persoalan
bangsa yang akhir-akhir ini mengemuka, bahkan menjadi semacam hantu adalah
fenomena yang mengarah pada disintegrasi bangsa. Lepasnya Timor-Timur dari
Negara Kesatuan republik Indonesai (NKRI) dan peristiwa separatis di Irian Jaya
dan Aceh yang menginginkan Papu Merdeka dan Aceh Merdeka, merupakan contoh
nyata adanya kecenderungan di atas. Di sinilah perlunya rasa nasionalisme dan
wawasan kebangsaan dimiliki oleh generasi muda, yang pada akhirnya diharapkan
dapat mengatasi kemajemukan yang ada.
Mencermati
fenomena yang terjadi tersebut, perlu kiranya ada suatu upaya untuk menggali
kembali rasa rasionalisme dan wawasan kebangsaan. Salah satu upaya untuk
menggali rasa nasionalisme dan wawasan kebangsaan dapat dilakukan dengan
memahami gagasan, konsep, dan pandangan yang disampaikan oleh para pemikir pada
masa lalu. Di samping melalui dokumen kesejarahan, gagasan, konsep, dan
pandangan tersebut juga dapat ditelusuri melalui karya-karya budaya yang
monumental.
Salah
satu wujud hasil kebudayaan tersebut adalah karya sastra. Hal ini karena .karya
sastra dapat menjadi sarana bagi pengarang untuk menyampaikan pikiran,
perasaan, dan tanggapan mengenai suatu peristiwa sejarah, juga merupakan
penciptaan kembali peristiwa sejarah dengan pengetahuan dan daya imajinasi
pengarang. Pikiran, gagasan, dan pandangan pengarang tersebut dapat berkaitan
dengan rasa nasionalisme dan wawasan kebangsaan yang dituangkan dalam karya
sastra.
Sebagai
hasil kreativitas pengarang, karya sastra tidak akan terlepas dari masyarakat,
sebagaimana pengarang yang menjadi bagian dari masyarakat. Dalam kegiatan
penelaahan sastra dan masyarakat, pendekatan yang umum digunakan adalah
mempelajari sastra sebagai dokumen sosial, sebagai potret kenyataan. Sebagai
dokumen sosial, sastra digunakan untuk menguraikan ikhtisar sejarah sosial.[i]
Karya sastra bukan hanya sekedar permainan imajinasi,
tetapi merupakan rekaman tata cara masyarakat sezamannya sebagai perwujudan
dari niat tertentu. Novel adalah cermin yang bisa dibawa ke manapun dan paling
cocok untuk memantulkan segala aspek kehidupan dan alam. Sebagai gambaran
struktur sosial, yang terdapat dalam novel adalah gambaran masalah masyarakat
secara umum ditilik dari sudut lingkungan tertentu, yang akhirnya mengarah pada
sifat yang universal.[ii]
Dari hasil rekaan pengarang, dunia kenyataan dapat
direkam dengan kreasi dan imajinasi. Kedudukan karya sastra sebagai dokumen
sosial dikaitkan dengan situasi dan kondisi yang terjadi pada saat karya sastra
tersebut diciptakan. Situasi dam kondisi masyarakat akan ikut mempengaruhi
konsep pemikiran pengarang. Agar karya sastra tidak terjebak pada kondisi
sebagai catatan sejarah semata-mata, pada saat penciptaanya pengarang tidak
begitu saja menjiplak realita kehidupan.
Latar belakang sejarah dan zaman serta latar belakang
kemasyarakatan punya pengaruh yang besar dalam proses penciptaan, juga dalam
penulisan novel. Pengaruh tersebut tidak hanya terbatas pada tema-tema yang
diungkapkan akan tetapi juga terhadap struktur karya sastra.[iii]
Persoalan-persoalan zaman dan kemasyarakatan dari
suatu kurun waktu tertentu berpengaruh dan amat menentukan pemilihan tema-tema
yang diungkapkan para sastrawan dalam karya sastra yang dihasilkannya.
Pergeseran dan perubahan persoalan kemasyarakatan akan menyebabkan pula
pergeseran-pergeseran pemilihian tema. Awal abad kedua puluh adalah masa bangsa
Indonesia
mulai mengenal kebudayaan Barat, suatu bentuk kebudayaan baru. Pengenalan ini
menyebabkan tumbuhnya kesadaran akan diri sendiri, kesadaran akan
keterbelakangan sebagai bangsa. Hal itulah yang melatarbelakangi lahirnya
pergerakan-pergerakan kebangsaan yang bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa. Persoalan-persoalan tersebut tidak luput pula menjadi tema-tema utama
dalam karya sastra, khususnya novel yang dihasilkan pada masa itu.
Apabila kita merunut perkembangan
hasil karya sastra Indonesia,
dapat dikemukakan bahwa pada awal-awal perkembangan novel-novel Indonesia
banyak menampilkan tema kemasyarakatan yang lebih bersifat kolektif. Hal itu
tampak pada karya-karya masa Balai Pustaka. Selanjutnya pada masa Pujangga Baru
tema berkembang ke arah yang lebih luas dan sifat kolektif semakin renggang.
Secara ringkas dapat digambarkan perkembangan tema dalam novel Indonesia yaitu
bergerak dari tema-tema yang bersifat kolektif dengan ikatan sosial yang kuat
menuju kepada persoalan-persoalan yang lebih bersifat individual dengan ikatan
sosial yang longgar dan bahkan tanpa adanya ikatan sosial.
NB:BAGI TEMAN TEMAN YANG INGIN SKRIPSI LENGKAPNYA SILAHKAN DI REQUEST
0 Response to "DOWNLOAD SKRIPSI KWN Gagasan Nasionalisme dan Wawasan Kebangsaan dalam Novel Indonesia Modern."
Post a Comment