Latest Updates

DOWNLOAD KARYA ILMIAH STRATEGI MEMBANGUN BRAND IMAGE (PENCITRAAN) DAERAH TUJUAN WISATA UNTUK MENINGKATKAN KUNJUNGAN WISATAWAN



Pendahuluan
            Dalam usianya yang hampir menginjak usia dua abad, kota Bandung tentunya memiliki sejarah yang sangat panjang. Bukti sejarah bahwa kota Bandung merupakan kota yang potensial terlihat dari sejumlah bangunan bernilai historis warisan masa lalu sebagai sumber artefak. Oleh karena itu, kota Bandung dijuluki juga sebagai Museum Arsitektur Bangunan Kuno, belum lagi julukan-julukan lain seperti Kota Seniman, Kota Pendidikan, Kota Wisata, Kota Jasa, Kota Wisata Kuliner, Kota Kreatif. Munculnya julukan-julukan tersebut bukan tanpa alasan karena memang dari kota Bandunglah telah lahir tokoh-tokoh, baik dari bidang pendidikan maupun bidang  seni.
            Banyaknya potensi yang dimiliki  serta beragamnya industri pariwisata yang  dihasilkan kota Bandung, seharusnya kota Bandung merupakan  kota yang  maju di bidang pariwisatanya.   Namun, tampaknya  daya tarik yang ada belum dikelola dan dikembangkan dengan baik padahal   masalah pariwisata pada masa kini sudah menjadi tumpuan harapan pemasukan devisa yang cukup besar tidak saja bagi kota Bandung sendiri tetapi juga bagi negara. Pada kenyataannya pada usia yang tidak muda lagi  kota Bandung telah menjadi kota yang carut marut, yang bila dibiarkan orang akan enggan datang ke kota Bandung.
            Hingga saat ini, Kota Kembang atau Parisj van Java masih merupakan  julukan masyarakat luas untuk kota Bandung.   Pencitraan (image) positif ini sudah seharusnya tetap dipertahankan  karena sebagai sebuah industri, pariwisata membutuhkan upaya pemasaran yang di dalamnya berperan pula dimensi pencitraan (brand image) guna memasarkan pariwisata sebagai sebuah komoditas yang akan dijual kepada para wisatawan.
            Seiring dengan perubahan zaman maka bergeser pula  kota Bandung menjadi kota bertipikal modern. Menghadapi situasi seperti ini, seyogyanya instansi terkait dan warga kota Bandung mengimbanginya dengan memiliki awareness  tinggi dan mempertahankan image kota Bandung sebagai kota yang memiliki roh budaya karuhun Ki Sunda, yang sesungguhnya  aspek ini yang mendorong orang untuk datang ke Bandung.
            Dengan berbagai masalah yang dihadapi kota Bandung mendorong tim untuk melakukan   penelitian yang fokus kajiannya tentang brand image (pencitraan) kota Bandung  sebagai daerah tujuan wisata. Dalam penelitian ini akan mengangkat permasalahan sebagai berikut :  proses pembentukan brand image (pencitraan) kota Bandung  sebagai daerah tujuan wisata, road map objekt  dan daya tarik yang dimiliki kota Bandung, proses menemukenali ikon kota Bandung. Dengan data-data yang diperoleh langkah selanjutnya menentukan agenda setting untuk industri pariwisata kota Bandung dan menentukan pola marketing yang tepat untuk menarik wisatawan dalam dan luar negri.


Bandung dengan Potensi Pariwisatanya

Bandung menyandang berbagai julukan, antara lain, The Most European City in the East Indies, Paradise in Exile (pada tahun 1750-an, konon Bandung adalah tempat pembuangan), Bandung Excelcior (1856), The Sleeping Beauty (1884), De Bloem der Indische Bersteden (1896), Paris Van Java (1920), bahkan Bandung the Garden of Allah (pada 1921, Haryoto Kunto, 1984), Intectuele Center Van Indie (1923), Europe in de Tropen (1930), Kota Pensiunan (1936) Kota Permai dan Ibu Kota Asia Afrika (1950-an). Julukan-julukan tersebut  tidak muncul tiba-tiba karena  Kota Bandung tidak saja tercatat sebagai kota keempat terbesar di Indonesia setelah Jakarta, Medan, dan Surabaya, tetapi secara geografis yaitu  letaknya  di daerah pegunungan dan aliran sungai yang membelah Kota Bandung, ditambah lagi budaya masyarakat Sunda yang selalu mengutamakan tamu dan citra-citra lainnhya, merupakan daya tarik tersendiri  bagi Kota Bandung.
Namun, dengan kenyataan saat ini  apakah  julukan tersebut  masih relevan dengan Kota Bandung?
Sejak  Sheinmetz, Residen Preanger pada 1852  mengumumkan bahwa Kota Bandung terbuka bagi siapa saja yang ingin menetap (Lihat album Tempo Doeloe h.8), dilanjutkan dengan  dibukanya jalur kereta api Batavia-Bandung pada 1884, pembangunan Kota Bandung menjadi kian pesat, bahkan jumlah penduduk menetap meningkat drastis. Padahal, pada 1930, E.H. Karsten dengan plan Karsten-nya, memperkirakan pada kurun waktu 25 tahun, kedepan (1955)jumlah penduduk Kota Bandung hanya 750.000 orang, kini jumlah penduduk kota Bandung telah melebihi 2,5 juta orang. Dengan demikian,  dapat dipahami bahwa pohon-pohon besar dan udara yang benar-benar sejuk karena kepadatan penduduknya hampir tidak dapat kita temui lagi di Bandung, kecuali di beberapa ruas jalan, seperti Jalan Ganesha dan sekitar Taman Lalu Lintas.
Meskipun demikian,  Kota Bandung masih memiliki kapasitas yang dapat mendukung  industri pariwisata sbb. :
1.        Memiliki Site/Event/Objek – Daya Tarik Wisata yang unik, tidak terdapat di tempat lain, bermuatan lokal tinggi yang sangat spesifik (local spessific content). Khas kota Bandung maupun Jawa Barat, mengingat posisi kota Bandung sebagai ibukota provinsi Jawa Barat.
2.        Kemudahan aksesibilitas dan kenyamanan transportasi (darat/laut/udara)
3.        Amenitas yang berkualitas tinggi, bermuatan nuansa kultur/budaya lokal (Akomodasi/fasilitas MICE restoran/rekreasi-Hiburan/Cenderamata khas daerah)
4.        Lingkungan yang mendukung dan kondusif (keamanan/kesehatan/ kenyamanan/kondisi politik/sosio budaya)
5.        SDM pariwisata profensional yang memadai secara kuantitas dan kualitas.
6.        Terpeliharanya kelestaria, stabilitas dan dinamika nilai pranata sosial budaya daerah JawaBarat, atas dasarkeseimbangan tradisi dan inovasi.
7.        Terlindungnya dan berkembangnya Nilai Budaya, Sistem Budaya, Pola budaya dan kesenian khas daerah Jawa Barat, atas dasar keseimbangan tradisi dan inovasi.
8.        Terjadinya cross culture positif antar daerah regional/nasional/ internasional, ang mendukung terjadinya perkembangan seni kontemporer/kreasi baru khas Jawa Barat.
9.        Tersedianya Daya Tarik Wisata Budaya dengan ‘Local Spesific Content’ yang tinggi dan unik, khas serta menarik
10.    Tersedianya bermacam-macam Event dan pertunjukan kesenian khas daerah yang regular, dalam kemasan yang menarik yang padat sesuai kebutuhan (misal: Durasi Pendek)

Bagikan ke :

Facebook Google+ Twitter Digg Technorati Reddit

0 Response to "DOWNLOAD KARYA ILMIAH STRATEGI MEMBANGUN BRAND IMAGE (PENCITRAAN) DAERAH TUJUAN WISATA UNTUK MENINGKATKAN KUNJUNGAN WISATAWAN"

Post a Comment